Kamis, 16 Mei 2013

Islam Berkembang di Korea Selatan Dari Para Pendatang

Islam disebut sebagai agama dengan
penyebaran paling pesat di seluruh
dunia. Lembaga survei Amerika Serikat
Pew Research dua tahun lalu
memprediksi, dalam 20 tahun ke depan,
pemeluk Islam akan meningkat dari 1,6
miliar di tahun 2010 menjadi 2,2 miliar
pada 2030.
Penyebaran Islam di seluruh dunia ini
tidak terlepas dari peran para
pendatang dari negara-negara Muslim.
Salah satunya adalah Korea Selatan di
Asia yang mengalami peningkatan
jumlah pemeluk agama Islam.
Regional Interfaith Network, sebuah
lembaga kerukunan umat beragama
yang digagas Indonesia dan Australia,
pada situsnya bulan lalu menuliskan,
saat ini ada puluhan ribu warga Korea
yang memeluk Islam. Sebagian mereka
mengaku mengenal Islam dari para
pekerja asing.
Salah satunya adalah Umar Jung, 47,
yang pindah ke agama Islam lima tahun
lalu karena terinspirasi oleh "ketulusan
beragama" Muslim Pakistan yang
bekerja di negaranya. Saat itu dia
bekerja sebagai penjual makanan, tahun
2002 saat nama Islam menggema akibat
serangan teroris di New York, Amerika
Serikat.
"Saya kira setiap Muslim itu teroris
karena pemberitaan media yang bias
terhadap Islam. Tapi orang-orang
Muslim yang saya temui berbeda sekali
dengan apa yang diberitakan," kata pria
Muslim satu-satunya di kota Jeoungup
yang berpenduduk 130.000 orang ini.
Jung akhirnya pilih memeluk agama
Islam pada tahun 2008. "Muslim adalah
orang-orang yang mempraktikkan titah
Tuhan dalam kesehariannya," kata dia.
Menurut Jewel Rana, pengurus mesjid
Anyang di Seoul, saat ini ada sekitar
130.000-140.000 Muslim di Korea
Selatan. Sebanyak 35.000 di antaranya
adalah warga Korea yang memeluk
Islam pada pertengahan abad ke-20.
"Tidak mudah bagi Muslim shalat lima
kali sehari di Korea. Kebanyakan
pekerja pabrik harus bekerja terus
menerus selama 12 jam. Padahal, Islam
punya waktu yang ketat soal shalat,"
kata Rana.
Selain itu, Muslim di Korsel merasa
kesulitan menemukan hidangan tanpa
alkohol, daging babi ataupun daging
yang tidak disembelih secara syar'i. Jung
contohnya, dia pilih membawa makanan
sendiri ketimbang memakan makanan
haram.
Jung mengaku sulit beribadah. Dia kerap
meninggalkan dua waktu shalat di
tempat kerja lantaran takut diejek
teman-temannya. Banyak yang tidak
tahu dia sudah memeluk Islam. Pada
keluarganya dia juga tidak
menceritakannya, khawatir dituduh
macam-macam.
Kendati demikian, Jung rela menempuh
perjalanan 250 kilometer setiap Sabtu
untuk shalat berjamaah di Mesjid
Sentral di Seoul. "Saya menemukan
kebahagiaan jika bertemu sesama
Muslim dan shalat bersama mereka,"
kata dia.
Choi Young-kil, profesor studi Arab di
Universitas Myongji, Seoul, mengatakan
bahwa tuduhan pada Islam hanya
karena mereka belum mempelajarinya
dengan benar.
"Pemahaman media lokal soal Islam
hanya mengekor pada media Barat.
Cara terbaik mempelajari Islam bukan
lewat media, tapi lewat orang-orang
Muslim di komunitas anda," kata Choi.
sumber:/suaranews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar