Kamis, 16 Mei 2013

Abu Nawas, Raja dan Ayam Panggang

Seperti kita ketahui bersama bahwa Abu
Nawas ini cerdik sekali sehingga
meskipun dijahili orang, sekalipun itu
raja, masih saja bisa membela diri
dengan kata-katanya. Seperti Raja Harun
yang mencoba menjebak Abu Nawas
dengan ayam panggang yang lezat, Abu
Nawas kembali sukses menghindar dan
akhirnya malah sang raja yang merasa
malu di depan para tamu undangan.
Kisahnya
Pada suatu hari Raja Harun Ar-Rasyid
sedang galau dengan sikap Abu Nawas.
Beberapa kali Abu Nawas telah
membuatnya malu di depan para
pejabat kerajaan. Berlatar belakang
dendam inilah akhirnya Raja hendak
membuat jebakan terhadap Abu Nawas.
Jika Abu Nawas gagal menghadapi
jebakan tersebut, maka hukuman akan
diberikan kepadanya.
Maka dipanggillah Abu Nawas untuk
menghadap Raja Harun Ar-Rasyid.
Setelah melewati beberapa prosedur,
sampai juga Abu Nawas di istana
kerajaan. Sang raja lalu memulai
pertanyaannya,
“Wahai Abu Nawas, di depan mejaku itu
ada sepanggang daging ayam yang lezat
dan enak dilahap, tolong segera
ambilkan.”
Abu Nawas tampak bingung dengan
perintah tersebut, karena tak biasanya
dia disuruh mengambilkan makanan
raja.
“Mungkin raja ingin menjebakku, aku
harus waspada,” kata Abu Nawas dalam
hati.
Mendapat Petunjuk Yang Aneh
Abu Nawas pun akhirnya menuruti
perintah itu. Setelah mengambil ayam
panggang sang raja, Abu Nawas
kemudian memberikannya kepada raja.
Namun, sang raja belum langsung
menerimanya, ia bertanya lagi,
“Abu Nawas, di tangan kamu ada
sepotong ayam panggang lezat, silahkan
dinikmati.”
Begitu Abu Nawas hendak menyantap
ayam panggang tersebut, tiba-tiba raja
berkata lagi,
“Tapi ingat Abu Nawas, dengarkan dulu
petunjuknya. Jika kamu memotong paha
ayam itu, maka aku akan memotong
pahamu dan jika kamu memotong dada
ayam itu, maka aku akan memotong
dadamu. Tidak hanya itu saja, jika kamu
memotong dan memakan kepala ayam
itu, maka aku akan memotong
kepalamu. Akan tetapi kalau kamu
hanya mendiamkan saja ayam panggang
itu, akibatnya kamu akan aku gantung.”
Abu Nawas merasa bingung dengan
petunjuk yang dititahkan rajanya itu.
Dalam kebingungannya, ia semakin
yakin jika hal itu hanya akal-akalan Raja
Harun saja demi untuk menghukumnya.
Tidak hanya ABu Nawas saja yang
tegang, tapi juga semua pejabat kerajaan
yang hadir di istana tampak tegang
pula. Mereka hanya bisa menebak
dalam hati tentang maksud dari
perintah rajanya itu.
Hampir sepuluh menit lamanya Abu
Nawas hanya membolak-balikkan ayam
panggang itu. Sejenak suasana menjadi
hening. Kemudian Abu Nawas mulai
mendekatkan ayam panggang itu tepat
di indera penciumannya.
Para hadirin yang datang atas undangan
raja mulai bingung dan tidak mengerti
apa yang dilakukan Abu Nawas.
Kemudian terlihat Abu Nawas
mendekatkan indera penciumannya
tepat di bagian pantat daging ayam
bakar yang kelihatan sangat lezat itu.
Beberapa menit kemudian ia mencium
bagian panta ayam bakar itu.
Raja Merasa Malu
Setelah selesai mencium pantat ayam
bakar itu, kemudian Abu Nawas
berkata,
“Jika saya harus memotong paha ayam
ini, maka Baginda akan memotong
pahaku, jika saya harus memotong dada
ayam ini, maka Baginda akan memotong
dadaku, jika saya harus memakan dan
memotong kepala ayam ini, Baginda
akan memotong kepalaku, tetapi coba
lihat, yang saya lakukan adalah
mencium pantat ayam ini,” kata Abu
Nawas.
“Apa maksudmu, wahai Abu Nawas,”
tanya Baginda.
“Maksud saya adlah kalau saya
melakukan demikian maka Baginda juga
akan membalasnya demikian, layaknya
ayam ini. Nah, saya hanya mencium
pantat ayam panggang ini saja, maka
Baginda juga harus mencium pantat
saya pula,” jelas Abu
Nawas.
Sontak saja penjelasan Abu Nawas itu
membuat suasana yang tegang menjadi
tampak tak menentu. Para pejabat yang
hadir menahan tawa, tetapi ragu-ragu
karena takut dihukum raja. Sementara
itu, raja yang mendengar ucapan Abu
Nawas mulai memerah mukanya. Raja
tampak malu untuk kesekian kalinya.
Untuk menutupi rasa malunya itu,
beliau memerintahkan Abu Nawas
untuk pulang dan membawa pergi ayam
panggang yang lezat itu.
“Wahai Abu Nawas, cepat pulanglah,
jangan sampai aku berubah pikiran,”
kata raja.
Setibanya di rumah, ia mengundang
beberapa tetangganya untuk berpesta
ayam panggang. Untuk kesekian kalinya
Abu Nawas sukses mempermalukan Raja
Harun Ar-Rasyid di depan para pejabat
kerajaan.
Dikutip dari buku Kumpulan kisah.Abu Nawas.  Penerbit Ser Jaya surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar