SUPERVISI PENDIDIKAN
OLEH : M. ANSHARI
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar yang
dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah
satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses
pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya
pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan
dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui
program pendidikan pra-jabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru
yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi
sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan
fungsinya secara potensial.
Selain itu pengaruh perubahan yang
serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas
masyarakat. Masyarakat mempercayai,
mengakui dan menyerahkan kepada guru untuk mendidik tunas-tunas muda dan
membantu mengembangkan potensinya secara
professional. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi
dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Implikasi dari pengakuan tersebut
mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai. Tidak hanya pada
tataran normatif saja namun mampu mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik
kompetensi personal, professional, maupun kemasyarakatan dalam selubung
aktualisasi kebijakan pendidikan.
Hal tersebut lantaran guru merupakan
penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional
dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai
dari aspek "guru" dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut
kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen
pendidikan yang professional.
BAB II
PERMASALAHAN
Dari pendahuluan di atas jelas
menyiratkan pentingnya supervisi khususnya kepada guru-guru. Salah satu poin
penting dari supervisi adalah metode atau teknik- teknik supervisi.
Keberhasilan pelaksanaan supervisi tergantung pada aspek ini. Untuk itulah,
setiap supervisor perlu menguasai teknik supervisi sesuai kondisi yang ada pada
saat proses supervisi. Penggunaan
teknik-teknik supervisi tergantung dari banyak hal misalnya : dari masalah,
dari tempat dan waktunya, dari orang yang kita hadapi, baik jumlahnya muaupun
sifatnya.
Kalau yang kita hadapi hanya
seorang, dapatlah kita mengadakan komunikasi langsung, dengan wawancara, dengan
perundingan, dengan cara hati ke hati, tergantung dari masalah yang kita hadapi
dan sifat orang yang kita bimbing itu. Kalau masalahnya mengenai metode
mengajar dan mengenai hasil belajar anak-anak-anak, dapatlah kita mengadakan
kunjungan kelas (class-visit) kepda guru yang kita bimbing pada waktu mengajar.
Adapun teknik-teknik supervisi yang lazim dan secara teratur dapat
dilakukan oleh setiap supervisor ialah: rapat sekolah, kunjungan kelas,
musyawarah atau pertemuan perseorangan.
Untuk mempermudah supervisor dalam
pelaksanaan kegiatan supervisi diperlukan teknik-teknik supervisi. Untuk itu
berikut ini akan diuraikan beberapa teknik supervisi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Supervisi
Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey: Supervisi adalah
suatu program yang memperbaiki pengajaran. (Supervision
is a planned program for the improvement of instruction). Dalam dictionary of education, Good Carter
memberikan definisi sebagai berikut: “Supervisi adalah segala usaha dari
petugas petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas pendidikan lainnya
dalam memperbaiki pengajaran, termasuk memperkembangkan pertumbuhan guru-guru,
menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode
mengajar dan penilaian pengajaran.
Menurut Alexander dan Saylor: “Supervisi adalah suatu program inservice education dan usaha
memperkembangkan kelompok (group) secara bersama. Menurut Boardman: “Supervisi adalah suatu
usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinu pertumbuhan
guru-guru sekolah, baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih
mengerti, dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pegnajarna,
sehingga dengan demikian mereka mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam
masyarakat demokrasi modern. Menurut Mc. Nurney meninjau suervisi sebagai suatu
process penilaian mengatakan: supervisi adalah prosedure memberi arah serta
mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran. H. Burton &
Leo J. Bruckner: Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
B. Teknik-Teknik
Supervisi
Ada sejumlah teknik supervisi yang dikemukakan oleh para
ahli sesuai dengan sudut pandang dan latar belakang keilmuan mereka.
Teknik-teknik supervisi nantinya diharapkan mampu memiliki dampak positif
terhadap terbentuknya sikap dan kemampuan/kinerja guru. Supervisi sebagai
kegiatan pembinaan guru dapat dilakukan melalui teknik secara individual,
mencakup supervisor mengamati kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung
(classroom observasion), eksperimentasi kelas (class experiment),
guru mengunjungi guru lain saat pembelajaran berlangsung (class
intervisitation), supervisor melakukan percakapan pribadi dengan guru (individual
conferency), seleksi mata pelajaran (selected of materials for
teaching), dan evaluasi diri (self evaluation).
Jadi secara umum teknik supervisi dapat digolongkan dua
kelompok yaitu:
a.
Teknik-teknik
yang bersifat kelompok
Teknik
yang digunakan oleh supervisor terhadap guru dalam suatu kelompok (Sahertian
Piet dan Frans Mataheru, 1981).
Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan pada teknik kelompok antara lain:
a.
Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting), Seorang
supervisor menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun. Termsuk
mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru, dalam hal ini
rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi.
b.
Mengadakan diskusi kelompok (group
discussions), Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk
kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Di dalam setiap diskusi,
supervisor atau supervisor memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat
dan saran-saran yang diperlukan.
c.
Mengadakan penataran-penataran (inservice-training), Teknik
ini dilakukan melalui penataran-penataran, misalnya penataran untuk guru bidang
studi tertentu. Mengingat bahwa penataran pada umumnya diselenggarakan oleh
pusat atau wilayah, maka tugas supervisor adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan
tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran.
b.
Teknik-teknik
yang bersifat individual
Yang dimaksud teknik individual ialah supervisi yang
dilakukan secara perseorangan, beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
a.
Mengadakan kunjungan kelas (classroom
visitation)
Supervisor datang ke kelas untuk
mengobservasi bagaimana guru mengajar. Dengan kata lain, untuk melihat apa
kekurangan atau kelemahan yang sekirannya perlu diperbaiki.
Supervisor meneliti suasana kelas selama pelajaran
berlangsung, agar memperoleh data yang obyektif agar dapat digunakan untuk
menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan tugas
mengajarnya, baik dalam hal kegiatan guru dan siswa, penggunaan alat dan bahan
pelajaran, sikap dan penampilan guru dalam penggunaan metode, dan lingkungan
sosial dan fisik sekolah, maupun penunjang lainnya (Sahertian Piet A dan Frans
Mataheru, 1981 dalam Rifai, 1982)
Dengan teknik ini seorang observer (dalam hal ini
tenaga pengawas/kepala sekolah) meninjau, mengamati, memperhatikan dan mencatat
data dan fakta baik kuantitatif maupun kualitatif yang berkaitan secara
langsung maupun tidak dengan PBM di kelas. Melakukan pengamatan atau observasi
memiliki makna tidak sekedar melihat atau mengamati aktivitas guru, melainkan
lebih dari itu, yaitu dengan cara melibatkan semua indera, logika, strategi,
dan instrumen yang telah divalidasi (Neagley and Evans, 1985).
Hal-hal yang perlu dicatat oleh supervisor adalah: a)
suasana kelas, b) cara memulai dan menutup pelajaran, c) kecocokan metode yang
dipakai dengan materi pelajaran, d) penggunaan media pendidikan, e) cara
mengaktifkan siswa, f) tugas berstruktur yang diberikan untuk menumbuhkan hasil
pengirim, g) perkembangan para siswa dari segi afeksi, h) pemahan siswa dari
segi kognisi, i) dan kemampuan siswa dalam segi psikomotor. Oleh karena itu
waktu yang diperlukan oleh supervisor untuk mengobservasi dalam suatu pertemuan
dibutuhkan satu sampai dengan tiga jam berturut-turut (Made Pidarta, 1999).
Hal terpenting lainnya mengapa teknik supervisi
observasi kelas dipilih untuk mensupervisi guru adalah: a) yang diamati
keseluruhan proses belajar mengajar dalam satu pertemuan, dan bukan
sampel-sampel PBM yang diinginkan, b) untuk mengetahui aktivitas belajar mengajar
secara keseluruhan, bukan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas khusus, c)
supervisor tidak boleh berpartisipasi dalam PBM, d) dilakukan pada waktu
pelajaran berlangsung.
Kunjungan kelas terdiri dari 3 macam yaitu kunjungan
supervisor tanpa pemberitahuan kepada guru sebelumnya, kunjungan kelas dengan
memberitahukan kepada guru sebelumnya, dan kunjungan atas dasar permintaan guru
kepada supervisor
Adapun tahapan dari pelaksanaan supervisi observasi
kelas adalah:
1) Tahap
Perencanaan observasi
Agar observasi kelas mencapai hasil yang optimal,
supervisor harus mampu merencanakan observasi kelas, mampu merumuskan
prosedur-prosedur yang harus dilakukan, mampu menyusun format observasi mampu
berunding dan bekerjasama dengan guru, dapat merekam informasi tentang unjuk
kerja guru dengan menggunakan format instrumen observasi, mampu mengumpulkan
hasil observasi kelas untuk keperluan melakukan langkah-langkah tindak lanjut
(Depdikbud, 1986). Jenis atau ragam observasi juga sebaiknya direncanakan sejak
awal apakah sistem dadakan, terjadual, atau permintaan, karena hal ini
berpengaruh terhadap instrumen yang dipakai.
2) Tahap
Pelaksanaan observasi
Langkah
penting yang pertama ditempuh oleh supervisor adalah penciptaan pra kondisi
observasi. Langkah ini ditujukan dengan penciptaan suasana kerja yang akrab
antara supervisor dengan guru, pengenalan latar belakang guru, pengenalan latar
belakang murid, atau hal-hal serupa lainnya. Langkah ini ditempuh guna
menciptakan situasi yang kondusif bagi pelaksanaan observasi yang efektif dan
efisien sehingga data-fakta yang terkumpul mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.
Dalam melaksanakan observasi, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan (Nurtain, 1989), yaitu: 1) kelengkapan catatan, 2) fokus,
3) mencatat komentar, 4) Pola perilaku mengajar tertentu, dan 5)
membuat guru tidak merasa gelisah.
3) Tahap
Tindak Lanjut
Langkah penting pada tahap ini
adalah mengolah semua data dan fakta yang telah terkumpul melalui instrumen,
sehingga siap disajikan untuk dianalisis dan atau didokumentasikan. Kegiatan
pengolahan data-fakta sampai siap disajikan, dianalisis, dan akhirnya menjadi
bahan penting pengambilan kebijakan dan atau didokumentasikan, merupakan
langkah penting dan menjadi bagian integral dari keseluruhan kegiatan
observasi.
Pada
teknik individual seperti dengan melakukan kunjungan dan observasi kelas, pada
beberapa pendapat sering dipandang sebagai salah satu kegiatan yang menyebabkan
prediksi yang berbeda terutama di kalangan guru serta supervisor yang diamati
oleh pengawas satuan pendidikan, walaupun pada prinsipnya kunjungan kelas
merupakan perekaman informasi akurat yang datang secara langsung dari sumber
belajar seperti guru dan peserta didik.
Sisi
lain yang juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas atau observasi adalah
menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan, sebab kesan ini akan menimbulkan
kesan negatif baik bagi yang melaksanakan observasi ataupun yang diobservasi
itu sendiri, akan tetapi hubungan yang harus dikembangkan adalah atas dasar
kerjasama dan profesionalisme antara guru, supervisor dan supevisor itu
sendiri.
Hal
lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa observasi kelas hendaknya
dilakukan dengan memakai instrumen yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua
belah pihak dengan sebelumnya melakukan pertemuan pribadi atau paling tidak
diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang akan diujikan di lapangan oleh
supervisor.
Hariwung
(1989) menyebutkan bahwa tujuan yang dikehendaki dalam observasi kelas antara
lain adalah untuk:
·
Mempelajari material yang dipelajari
oleh siswa, validitasnya terhadap tujuan pendidikan, faedah, minat, serta
nilainya untuk siswa.
·
Mempelajari usaha-usaha guru untuk
mendorong dan menuntun siswa untuk belajar, prinsip-prinsip yang dipergunakan
dan aplikasinya dalam materi umum dan materi khusus bagi siswa dalam belajar
·
Mempelajari usaha-usaha yang
dipergunakan dalam menemukan, mendiagnosa, serta memperbaiki
kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa
·
Mempelajari usaha-usaha yang dipakai
untuk menilai hasil belajar, sifat dan alat metode pengukuran serta hubungannya
dengan tujuan dari situasi belajar-mengajar, namun bukan mencatat
kesalahan-kesalahan guru-guru guna tujuan-tujuan lain.
Dalam
tataran teoritik, observasi kelas sudah lama diperkenalkan di kalangan
pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Charles W Boardman bahwa kunjungan
kelas memiliki kemampuan sangat besar dan dapat menunjang perbaikan-perbaikan
pembelajaran secara langsung, bahkan dapat diamati pula jika kedapatan metode serta
proses pembelajaran yang kurang memadai dilakukan oleh seorang guru, maka hal
ini akan diperbaiki secara langsung tentunya mempergunakan prosedur perbaikan
pembelajaran secara proporsional dan profesional.
Walaupun
pada tataran praktik, metode kunjungan kelas atau observasi kelajiman guru
memiliki prediksi dan penilaian yang kurang baik, bahkan tidak sedikit guru
yang memberikan permusuhan, terlebih dengan perilaku observer yang kurang
menghargai, walaupun sebenarnya dalam hal ini terjadi tarik menarik yang kurang
didasarkan atas prinsip dan prosedur pengawasan mutu pendidikan yang berpatokan
pada standar mutu.
Pada
prinsip umumnya kunjungan kelas di lakukan dengan tiga kegiatan, yakni
kunjungan atas permintaan dan undangan dari guru, kunjungan yang diberitahukan
oleh supervisor dan kunjungan mendadak (sidak) yang memang dilaksanakan oleh
supervisor sebagai bagian dari tugas dia sebagai pengawas mutu pendidikan.
b.
Mengadakan kunjungan observasi (observation
visits), Guru-guru ditugaskan untuk mengamati seorang guru yang sedang
mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Kunjungan
observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri atau dengan mengadakan kunjungan
ke sekolah lain.
c.
Membimbing guru tentang cara-cara
mempelajari pribadi siswa atau mengatasi problema yang dialami siswa.
c. Membimbing
guru dalam hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah, antara
lain: menyusun program semester, membuat program satuan pelajaran,
mengorganisasi kegiatan pengelolaan kelas, melaksanakan teknik-teknik evaluasi
pembelajaran, menggunakan media dan sumber dalam proses belajar mengajar, dan
mengorganisasi kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler.
Dengan
demikian teknik supervisi sangat penting untuk dikuasai oleh supervisor, tanpa
penguasaan teknik dalam pelaksanaanya tidak akan berjalan baik. Dengan demikian
seorang supervisor tidak akan efektif kegiatan supervisinya sebelum menguasai
teknik dalam bidang supervisi. Teknik supervisi akan lebih memudahkan
pencapaian sasaran-sasaran dari tujuan yang telah ditetapkan, oleh sebab itu penerapan
teknik dari supervisi merupakan wujud dari kemajuan sekolah untuk berkembang.
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Pengaruh
perubahan mendorong para guru terus meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam aktifitas
pembelajarannya.
2. Dalam
upaya mendorong peningkatan kualitas guru, peran supervisor sangat berarti
dengan kapasitasnya sebagai pembina, pembimbing dan pengontrol.
3. Secara
umum teknik supervisi terdiri dari teknik kelompok dan teknik individual.
B. Saran-saran
1. Kemampuan
supervisor dalam melakukan supervisi juga harus selalu ditingkatkan. Salah
satunya harus mengetahui teknik-teknik supervisi yang baik.
2. Dalam
melakukan sepurvisi, supervisor hendaknya dapat emilih teknik supervisi sesuai
kondisi yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
--------------. 1996. Pedoman
Kerja Pelaksanaan Supervisi, Jakarta: Depdikbud
---------------.
2003. Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Pasal 39 dan 41 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Pidarta, Made. 1992. Pemikiran
Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim.2003. Administrasi
dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Rosadi, Didi. 2001. Disain
Implementasi Program Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI), ____,____
Tidak ada komentar:
Posting Komentar