Senin, 10 Juni 2013

Membantah Tuduhan Rasulullah “Fedofilia” Aisyah Ra Menikah di Usia 19 Tahun

Kita selama ini mendapatkan informasi
bahwa Rasulullah SAW telah melamar
Aisyah RA ketika berumur 6 tahun dan
berumah tangga ketika berusia 9 tahun.
Selama ini pula, kaum orientalis dan
kafir pembenci Islam kerap mengolok
Nabi Muhammad seorang pedofilia
karena mengawini Aisyah, bocah
perempuan berusia sembilan tahun.
Namun, ejekan itu kini terbantahkan.
Menjawab pertanyaan benar atau tidak
masalah ini, melalui studi kritis terhadap
hadits, Maulana Habibur Rahman
Siddiqui Al-Kandahlawi menemukan
informasi baru. Dalam bukunya Umur
Aisyah, menegaskan Rasulullah SAW
berumah tangga dengan Aisyah Ra saat
Aisyah Ra berusia 19 tahun.
Jadi, bagaimana cerita runutnya?!
Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-
Kandahlawi adalah seorang ahli hadits
dari India. Ia lahir tahun 1924 M,
putera ulama hadits terkenal Mufti
Isyfaq Rahman. Ayahnya ini pernah jadi
mufti besar Bhopal India.
Adapun yang menjadi dasar kesimpulan
tersebut adalah riwayat yang
menunjukkan beda usia Aisyah r.a
dengan kakaknya Asma, sekitar 10
tahun. Riwayat ini ada di kitab Siyar
A’lamal Nubala karangan Al Zahabi.
Sedangkan Asma meninggal di usia 100
tahun pada tahun 73 H (diriwayatkan
Ibnu Kathir dan Ibnu Hajar). Artinya,
Asma lahir tahun 27 Sebelum Hijrah dan
Aisyah lahir tahun 17 Sebelum Hijrah.
Sementara itu, para ahli sejarah sepakat
bahwa pernikahan Rasulullah SAW
dengan Aisyah ra, terjadi pada sekitar
tahun 2 H. Berarti Aisyah ra berumah
tangga dengan Rasulullah SAW pada usia
19 tahun.
Mudah-mudahan dengan berita ini,
tidak ada lagi berita-berita miring yang
dialamatkan kepada Rasulullah SAW atas
pernikahannya dengan Siti Aisyah. Kalau
umur 19 tahun di masa itu, sepertinya
sudah layak dianggap dewasa. Secara
emosional dan psikologis, umur 19
tahun juga sudah bukan umur anak-
anak lagi.
Catatan : Sebagai tambahan dalil…
1. Siti Aisyah Ra. berkata :
“Saya seorang gadis muda (jariyah
dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-
Qamar diturunkan (Sahih Bukhari,
kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu
Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa
amarr)…
Untuk dipahami, gadis muda (jariah),
adalah mereka yang telah berusia antara
6-13 tahun.
Jika Surat al Qamar, diturunkan pada
tahun ke 8 (delapan) sebelum hijriyah
(The Bounteous Koran, M.M. Khatib,
1985), berarti usia Aisyah ra. saat
menikah antara 16-23 tahun…
Syekh Muhammad Sayyid At-Thanthawy
berpendapat, Surat al Qamar diturunkan
pada tahun ke 5 (lima) sebelum hijriah.
Jikapun pendapat ini, kita jadikan
patokan (dasar), maka akan diperoleh
keterangan usia Aisyah ra. saat beliau
menikah, antara 13-20 tahun.
2. Berdasarkan Sirah An-Nabawiyah
(Ibnu Hisyam, 1/245-262.), dakwah
secara siriyyah, yang dilakukan
Rasulullah sekitar kurang lebih 3 tahun
dan sampai orang Islam berjumlah 40
orang. Sejarah mencatat, Aisyah Ra.
adalah orang ke-19 yang menerima
Islam, ini berarti beliau masuk Islam
pada masa dakwah disampaikan secara
siriyyah (sembunyi-sembunyi).
Jika Aisyah Ra. pada tahun 2H saat ia
menikah, baru berumur 9 tahun. Maka
di masa dakwah secara siriyyah,
berdasarkan perhitungan tahun,
kemungkinan beliau belum lahir.
Bagaimana anak yang belum lahir, bisa
bersyahadat ?
3. Mari kita pahami hadits berikut :
Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Bukair telah
menceritakan kepada kami Al Laits
dari ‘Uqail berkata, Ibnu Syihab
maka dia mengabarkan keada saya
‘Urwah bin Az Zubair bahwa
‘Aisyah radliallahu ‘anha isteri Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata; “Aku belum lagi baligh
ketika bapakku sudah memeluk
Islam”.
Dan berkata, Abu Shalih telah
menceritakan kepada saya
‘Abdullah dari Yunus dari Az
Zuhriy berkata, telah
mengabarkan kepada saya ‘Urwah
bin Az Zubair bahwa ‘Aisyah
radliallahu ‘anha berkata; “ Aku
belum lagi baligh ketika bapakku
sudah memeluk Islam dan tidak
berlalu satu haripun melainkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam datang menemui kami di
sepanjang hari baik pagi ataupun
petang. Ketika Kaum Muslimin
mendapat ujian, Abu Bakar keluar
berhijrah menuju Habasyah
(Ethiopia) hingga ketika sampai di
Barkal Ghomad dia didatangi oleh
Ibnu Ad-Daghinah seorang kepala
suku seraya berkata; “Kamu
hendak kemana, wahai Abu
Bakar?” Maka Abu Bakar
menjawab: “Kaumku telah
mengusirku maka aku ingin
keliling dunia agar aku bisa
beribadah kepada Tuhanku”.
Ibnu Ad-Daghinah berkata:
“Seharusnya orang seperti anda
tidak patut keluar dan tidap patut
pula diusir karena anda termasuk
orang yang bekerja untuk mereka
yang tidak berpunya,
menyambung silaturahim,
menanggung orang-orang yang
lemah, menjamu tamu dan selalu
menolong di jalan kebenaran.
Maka aku akan menjadi pelindung
anda untuk itu kembalilah dan
sembahlah Tuhanmu di negeri
kelahiranmu.
Maka Ibnu Ad-Daghinah bersiap-
siap dan kembali bersama Abu
Bakar lalu berjalan di hadapan
Kafir Quraisy seraya berkata,
kepada mereka: “Sesungguhnya
orang sepeti Abu Bakar tidak
patut keluar dan tidak patut pula
diusir. Apakah kalian mengusir
orang yang suka bekerja untuk
mereka yang tidak berpunya,
menyambung silaturahim,
menanggung orang-orang yang
lemah, menjamu tamu dan selalu
menolong di jalan kebenaran?”
Akhirnya orang-orang Quraisy
menerima perlindungan Ibnu Ad-
Daghinah dan mereka
memberikan keamanan kepada
Abu Bakar lalu berkata, kepada
Ibnu Ad-Daghinah:
“Perintahkanlah Abu Bakar agar
beribadah menyembah Tuhannya
di rumahnya saja dan shalat serta
membaca Al Qur’an sesukanya
dan dia jangan mengganggu kami
dengan kegiatannya itu dan
jangan mengeraskannya karena
kami telah khawatir akan
menimbulkan fitnah terhadap
anak-anak dan isteri-isteri kami”.
Maka Ibnu Ad-Daghinah
menyampaikan hal ini kepada Abu
Bakar. Maka Abu Bakar mulai
beribadah di rumahnya dan tidak
mengeraskan shalat bacaan Al
Qur’an diluar rumahnya.
Kemudian Abu Bakar membangun
tempat shalat di halaman
rumahnya sedikit melebar keluar
dimana dia shalat disana dan
membaca Al Qur’an. Lalu istrei-
isteri dan anak-anak Kaum
Musyrikin berkumpul disana
dengan penuh keheranan dan
menanti selesainya Abu Bakar
beribadah. Dan sebagaimana
diketahui Abu Bakar adalah
seorang yang suka menangis yang
tidak sanggup menahan air
matanya ketika membaca Al
Qur’an.
Maka kemudian kagetlah para
pembesar Quraisy dari kalangan
Musyrikin yang akhirnya mereka
memanggil Ibnu Ad-Daghinah ke
hadapan mereka dan berkata,
kepadanya: “Sesungguhnya kami
telah memberikan perlindungan
kepada Abu Bakr agar dia
mberibadah di rumahnya namun
dia melanggar hal tersebut dengan
membangun tempat shalat di
halaman rumahnya serta
mengeraskan shalat dan bacaan
padahal kami khawatir hal itu
akan dapat mempengaruhi isteri-
isteri dan anak-anak kami dan
ternyata benar-benar terjadi. Jika
dia suka untuk tetap beribadah di
rumahnya silakan namun jika dia
menolak dan tetap menampakkan
ibadahnya itu mintalah kepadanya
agar dia mengembalikan
perlindungan anda karena kami
tidak suka bila kamu melanggar
perjanjian dan kami tidak setuju
bersepakat dengan Abu Bakar”.
Berkata, ‘Aisyah radliallahu ‘anha:
Maka Ibnu Ad-Daghinah menemui
Abu Bakar dan berkata: “Kamu
telah mengetahui perjanjian yang
kamu buat, maka apakah kamu
tetap memeliharanya atau
mengembalikan perlindunganku
kepadaku karena aku tidak suka
bila orang-orang Arab mendengar
bahwa aku telah melanggar
perjanjian hanya karena
seseorang yang telah aku berjanji
kepadanya”. Maka Abu Bakar
berkata: “Aku kembalikan
jaminanmu kepadamu dan aku
ridho hanya dengan perlindungan
Allah dan RasulNya shallallahu
‘alaihi wasallam. Kejadian ini
adalah di Makkah.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sungguh aku
telah ditampakkan negeri tempat
hijrah kalian dan aku melihat
negeri yang subur ditumbuhi
dengan pepohonan kurma
diantara dua bukit yang kokoh.
Maka berhijrahlah orang yang
berhijrah menuju Madinah ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan hal itu.
Dan kembali pula berdatangan ke
Madinah sebagian dari mereka
yang pernah hijrah ke Habasyah
sementara Abu Bakar telah
bersiap-siap pula untuk berhijrah.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata, kepadanya:
“Janganlah kamu tergesa-gesa
karena aku berharap aku akan
diizinkan (untuk berhijrah) “ . Abu
Bakar berkata: “Sungguh demi
bapakku tanggungannya, apakah
benar Tuan mengharapkan itu?”
Beliau bersabda: “Ya benar”. Maka
Abu Bakar berharap dalam dirinya
bahwa dia benar-benar dapat
mendampingi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
berhijrah. Maka dia memberi
makan dua hewan tunggangan
yang dimilikinya dengan dedaunan
Samur selama empat bulan.
sumber : Hadits Bukhari No.2134
Dilansir Bikyamasr.com, Sabtu
(8/12), Ulama Pakistan, Hakim Niyaz
Ahmad, dalam bukunya
terbarunya Kebenaran Usia Aisyah,
juga menegaskan hal yang sama bahwa
Aisyah telah berumur 19 tahun ketika
menikah dengan Rasulullah.
"Kebanyakan sumber, terutama Abu
Naim al-Isfahani, mengatakan Asma 27
tahun ketika pindah ke Madinah.
Artinya, Aisyah saat itu setidaknya
berusia 17 tahun," tulis Hakim Niyaz,
Sabtu (8/12).
Asma merupakan kakak dari Aisyah.
Fakta ini sekaligus menggugurkan hadis-
hadis yang menyebut Aisyah menikah
dengan Nabi Muhammad ketika berusia
9 tahun, seperti diriwayatkan Hisyam
Urwa.
Menurut Ulama Pakistan ini, penuturan
Hisyam tidak bisa lagi dipercaya karena
ketika itu dia sudah berusia 84 tahun.
Kebanyakan dari sumber hadis Hisyam
sudah meninggal sehingga sulit buat
membuktikan ucapannya itu.
Dari hasil penelusuran pelbagai
dokumen agama dan sejarah, Hakim
menyimpulkan Aisyah memang sudah
menginjak usia siap menikah. Dia
menjelaskan sebelum menikah dengan
nabi, Aisyah sudah bertunangan dengan
Jubair bin Mutam. Keluarga calon
mempelai lelaki itu kemudian tidak
terima setelah calon menantu mereka
masuk Islam (mualaf).
Sang ayah, Abu Bakar, lantas berunding
dengan keluarga Jubair. Dia ingin
memutus ikatan pertunangan antara
Aisyah Ra dan Jubair. Perundingan
berjalan baik, Aisyah dan Jubair putus
hubungan. Selepas itu, baru Nabi
Muhammad melamar Aisyah.
Cobalah perhatikan tulisan yang dicetak
tebal, pada hadits shahih di atas:
‘Aisyah radliallahu‘anha
berkata; “Aku belum
lagi baligh ketika
bapakku sudah
memeluk Islam…
Hal ini bermakna ketika Abu Bakar ra.
masuk Islam, Aisyah ra. sudah lahir.
Berdasarkan catatan sejarah, Abu Bakar
ra. masuk Islam pada tahun-1 Kenabian
(tahun ke-10 Sebelum Hijriah).
Dan jika pada saat itu Aisyah ra. baru
berusia 7-8 tahun, maka saat beliau
berumah tangga dengan Rasulullah,
Maka Aisyah ra. telah berusia 19-20
tahun.

Sumber: yasirmaster.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar