Senin, 23 Desember 2013

Senin, 28 Oktober 2013

Matahari akan Terbit dari Sebelah Barat

Fenomena ini dikenal dengan istilah
“Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”.
Gerak ini pada substansinya menjadi
aktivitas perputaran bumi pada porosnya.
Menurut Bolykov, pada realita di alam ini,
daya matahari merupakan “kekuatan
penggerak” yang bisa melahirkan area
magnet yang bisa mendorong bumi untuk
berputar pada porosnya.
Gerak perputaran bumi ini dalam hal
cepat atau lambatnya seiring dengan daya
insensitas daya matahari.
Atas dasar ini posisi dan arah kutub utara
bergantung. Balykov mengklaim telah
dilakukan berulang penelitian bahwa
kutub magnet bumi mulai tahun 1970
bergerak dengan kecepatan tidak lebih
dari 10 km dalam setahun.
Namun pada tahun-tahun terjadi
kecepatan hingga 40 km dalam setahun.
Bahkan pada tahun 2001 silam, diketahui
kalau kutub magnet bumi bergeser dari
tempatnya hingga mencapai jarak 200 km
dalam sekali gerak.
“Berarti bumi dengan pengaruh daya
magnet tersebut mengakibatkan dua kutub
magnet bergantian tempat dan akan
menuju pada arah yang saling berlawanan.
Bila itu terjadi, matahari akan terbit dari
barat,” jelas Bolykov.
Balykov mengaku, temuan dan penelitian
yang dia lakukan bersumber dari hadis
Nabi Muhammad yang menyatakan suatu
saat akan terjadi fenomena alam matahari
akan terbit dari barat.
Menurut Balykov, dengan penelitian dan
percobaan fisika yang dilakukannya,
sangat besar kemungkinan hadis Nabi itu
akan menjadi kenyataan, mengingat
pergerakan poros bumi sudah mengalami
pergerakan.
Diriwayatkan oleh Abu Huarirah,
bahwasanya Rasulullah saw bersabda,
”Siapa yang bertaubat sebelum matahari
terbit dari Barat, maka Allah akan
menerima Taubatnya.” (dari kitab Islam wa
Qishshah). @ros/kol/via

Sumber : cahaya Iman

Rabu, 25 September 2013

Kisi-kisi ulangan Semester Matematika SD/MI

Berikut kami lampirkan Kisi-kisi ulangan  Semester matematika MI kelas 4, 5 dan 6 kecamatan Danau Panggang

Download disini

Jumat, 20 September 2013

Ziarah kubur Tradisi Musyrik?


Saat membahas materi Ziarah Wali Songo pada pokok bahasan sejarah Budaya Islam kelas IX, "Tokoh Penyebar Islam di pulau Jawa" bersama siswa. Timbul sebuah tema diskusi menarik. Seorang siswa saya melontarkan pertanyaan apakah ziarah kemakam wali suatu perbuatan syirik?

Kemudian bermacam-macam pendapat dari siswa mengalir sesuai pengetahuan dan persepsi mereka masing masing.

Saat memberikan pandangan ke siswa sy teringat dg peristiwa yg baru2 ini terjadi di Jogjakarta.  Yakni penghancuran Makam cucu Sultan
Hamengku Buwono VI oleh orang- bercadar karena dianggap sumber kesyirikan.

Masyarakat Indonesia pada umumnya
memiliki tradisi ziarah ke makam sebagai
penghormatan dan bukan sebagai kegiatan
musyrik yang berlawanan dengan aqidah
Islam. Tradisi yang telah menjadi budaya
itu harus dihormati dan sekaligus didukung
sebagai rasa cinta kepada leluhur. Ziarah ke
makam merupakan kearifan
lokal yang mampu menguatkan pertautan
batin sesama manusia (‘alaqoh ruh). Lebih
dari itu, mereka yang melakukan ziarah
bisa mengambil pelajaran dari perilaku dan
tauladan yang dilakukan para pendahulu
atau tokoh yang diziarahi. Tradisi itu juga
sebagai bentuk dzikir yaitu mengingatkan
mereka yang masih hidup suatu saat akan
kembali kepada Sang Pencipta".

Masyarakat Banjar juga merupakan pemelihara tradisi ziarah kubur. Kalau tradisi tersebut dianggap syirik maka kalau bgitu pemahamannya gawat. Datang
ke kubur nymbah kubur, datang ke
borobodor, nyembah candi, hormat
bendera= nyembah bendera, menghormati abah mama menyembah manusia.dst.
Jadi upaya penghancuran makam dpt memicu konflik horizontal. Sebab masyarakat. Terutama ahli waris tdk akan terima makam nenek moyangnya dirusak.

Minggu, 08 September 2013

DAFTAR NAMA HEWAN DAN TUMBUHAN DALAM BAHASA LATIN (BIOLOGI X: TAKSONOMI)

Daftar nama Latin TUMBUHAN
I. PALMAE
1. Amorphophallus decussilvae Bunga bangkai
jangkung
2. Amorphophallus titanum Bunga bangkai
raksasa
3. Borrassodendron borneensis Bindang, Budang
4. Caryota no Palem raja/Indonesia
5. Ceratolobus glaucescens Palem Jawa
6. Cystostachys lakka Pinang merah Kalimantan
7. Cystostachys ronda Pinang merah Bangka
8. Eugeissona utilis Bertan
9. Johanneste ijsmaria altifrons Daun payung
10. Livistona spp. Palem kipas Sumatera (semua
jenis dari genus Livistona)
11. Nenga gajah Palem Sumatera
12. Phoenix paludosa Korma rawa
13. Pigafatta filaris Manga
14. Pinanga javana Pinang Jawa
II. RAFFLESSIACEA
1. Rafflesia spp. Rafflesia, Bunga padma
(semua jenis dari genus Rafflesia)
III. ORCHIDACEAE
1. Ascocentrum miniatum Anggrek kebutan
2. Coelogyne pandurata Anggrek hitan
3. Corybas fornicatus Anggrek koribas
4. Cymbidium hartinahianum Anggrek hartinah
5. Dendrobium catinecloesum Anggrek karawai
6. Dendrobium d’albertisii Anggrek albert
7. Dendrobium lasianthera Anggrek stuberi
8. Dendrobium macrophyllum Anggrek jamrud
9. Dendrobium ostrinoglossum Anggrek karawai
10. Dendrobium phalaenopsis Anggrek larat
11. Grammatophyllum papuanum Anggrek raksasa
Irian
12. Grammatophyllum speciosum Anggrek tebu
13. Macodes petola Anggrek ki aksara
14. Paphiopedilum chamberlainianum Anggrek
kasut kumis
15. Paphiopedilum glaucophyllum Anggrek kasut
berbulu
16. Paphiopedilum praestans Anggrek kasut pita
17. Paraphalaenopsis denevei Anggrek bulan
bintang
18. Paraphalaenopsis laycockii Anggrek bulan
Kaliman Tengah
19. Paraphalaenopsis serpentilingua Anggrek
bulan Kaliman Barat
20. Phalaenopsis amboinensis Anggrek bulan
Ambon
21. Phalaenopsis gigantea Anggrek bulan raksasa
22. Phalaenopsis sumatrana Anggrek bulan
Sumatera
23. Phalaenopsis violacose Anggrek kelip
24. Renanthera matutina Anggrek jingga
25. Spathoglottis zurea Anggrek sendok
26. Vanda celebica Vanda mungil Minahasa
27. Vanda hookeriana Vanda pensil
28. Vanda pumila Vanda mini
29. Vanda sumatrana Vanda Sumatera
IV. NEPHENTACEAE
1. Nephentes spp. Kantong semar (semua jenis
dari genus Nephentes)
V. DIPTEROCARPACEAE
1. Shorea stenopten Tengkawang
2. Shorea stenoptera Tengkawang
3. Shorea gysberstiana Tengkawang
4. Shorea pinanga Tengkawang
5. Shorea compressa Tengkawang
6. Shorea semiris Tengkawang
7. Shorea martiana Tengkawang
8. Shorea mexistopteryx Tengkawang
9. Shorea beccariana Tengkawang
10. Shorea micrantha Tengkawang
11. Shorea palembanica Tengkawang
12. Shorea lepidota Tengkawang
13. Shorea singkawang Tengkawang
Nama Tanaman Hias atau Bunga dan
Nama Latin
* Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
* Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)
* Anggrek Tebu (Grammatophyllum
speciosum)
* Bunga Bangkai (Amorphpophallus titanium)
* Cempaka Putih (Michelia alba)
* Cempaka Kuning (Michelia champaka)
* Cempaka Telor (Magnolia coco)
* Edelweis Jawa (Anaphalis javanica)
* Kenanga (Cananga odorata)
* Melati Gambir (Jasminum pubescens)
* Melati Putih (Jasminus sambac)
* Nibung (Oncosperma tigillarium)
Nama Tumbuhan Obat dan Nama Latin
* Ciplukan (Physalis angulata)
* Gambir (Uncaria gambir)
* Mengkudu (Morinda citrifolia)
* Sirih (Piper betle)
* Zodia (Evodia suaveolens)
Nama Tumbuhan Buah dan Nama Latin
* Alpukat (Persea americana)
* Apel (Pyrus malus)
* Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
* Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
* Ceremai (Phyllanthus acidus)
* Delima (Punica granatum)
* Durian (Durio zibethinus)
* Duwet (Syzygium cumini)
* Gayam (Inocarpus fagiferus)
* Jambu Air (Eugenia aquea)
* Jeruk Manis (Citrus sinensis)
* Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
* Kasturi (Mangifera casturi)
* Kawista (Limonia acidissima)
* Kedoya (Dysoxylum gaudichaudianum)
* Kemang (Mangifera kemanga)
* Kelapa (Cocos nucifera)
* Kepa (Syzygium polycephalum)
* Kepel (Stelechocarpus burahol)
* Kersen (Muntingia calabura)
* Korma rawa (Phoenix paludosa)
* Lontar (Borassus flabellifer)
* Mangga (Mangifera indica)
* Manggis (Garcinia mangostana)
* Matoa (Pometia pinnata)
* Menteng (Baccaurea racemosa)
* Mundu (Garcinia dulcis)
* Nam Nam (Cynometra cauliflora)
* Nangka (Artocarpus heterophyllus)
* Pisang (Musa paradisiaca)
* Pepaya (Carica papaya)
* Rambutan (Nephelium lappaceum)
* Salak (Salacca zalacca)
* Sawo Kecik (Manilkara kauki)
* Sawo Manila (Manilkara zapota)
Nama Tanaman Keras dan Nama Latin
* Ajan Kelicung (Diospyros macrophylla)
* Andalas (Morus macroura)
* Baobab (Adansonia Digitata)
* Bintaro (Cerbera manghas)
* Eboni (Diospyros celebica)
* Gaharu (Aquilaria moluccensis)
* Gandaria (Bouea macrophylla)
* Jati (Tectona grandis)
* Karet (Hevea braziliensis)
* Kapuk Randu (Ceiba pentandra)
* Kenari (Canarium ovatum)
* Kendal (Cordia bantamensis)
* Kepuh (Sterculia foetida)
* Kokoleceran (Vatica bantamensis)
* Limpasu (Baccaurea lanceolata)
* Maja (Aegle marmelos)
* Majegau (Dysoxylum densiflorum)
* Nagasari (Palaquium rostratum)
* Trembesi (Albizia saman Sin. Samanea
saman)
Nama Tanaman Umbi dan Rimpang dan
Nama Latin
* Jahe (Zingiber officinale)
* Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
* Garut (Maranta arundinacea)
* Ganyong (Canna edulis)
* Kedawung (Parkia roxburghii)
* Lengkuas (Alpinia galanga)
* Singkong (Manihot esculenta)
* Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
Tumbuhan Rempah dan Nama Latin
1. Asam Jawa (Tamarindus indica)
2. Bawang Merah (Allium cepa)
3. Bawang Putih (Allium sativum)
4. Cabai (Capsicum annum)
5. Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
6. Cengkeh (Syzygium aromaticum)
7. Kencur (Kaempferia galanga)
8. Lada (Piper nigrum)
9. Pala (Myristica fragrans)
Tumbuhan Lainnya dan Nama Latin
* Jagung (Zea mays)
* Kacang Hijau (Vigna radiata)
* Kacang Kapri (Pisum sativum)
* Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)
* Kacang Panjang (Phaseolus vulgaris)
* Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
* Kentang (Solanum tuberosum)
* Kesambi (Schleichera oleosa)
* Padi (Oryza sativa)
* Petai Cina (Leucaena leucocephala)
* Terung (Solanum melongena)
* Tuba (Derris elliptica)

Daftar Nama Latin Untuk Hewan
I. Nama Latin MAMALIA (Menyusui)
1. Anoa depressicornis Anoa dataran rendah,
Kerbau pendek
2. Anoa quarlesi Anoa pegunungan
3. Arctictis binturong Binturung
4. Arctonyx collaris Pulusan
5. Babyrousa babyrussa Babirusa
6. Balaenoptera musculus Paus biru
7. Balaenoptera physalus Paus bersirip
8. Bos sondaicus Banteng
9. Capricornis sumatrensis Kambing Sumatera
10. Cervus kuhli; Axis kuhli Rusa Bawean
11. Cervus spp. Menjangan, Rusa sambar (semua
jenis dari genus Cervus)
12. Cetacea Paus (semua jenis dari famili
Cetacea)
13. Cuon alpinus Ajag
14. Cynocephalus variegatus Kubung, Tando,
Walangkekes
15. Cynogale bennetti Musang air
16. Cynopithecus niger Monyet hitam Sulawesi
17. Dendrolagus spp. Kanguru pohon (semua
jenis dari genus Dendrolagus)
18. Dicerorhinus sumatrensis Badak Sumatera
19. Dolphinidae Lumba-lumba air laut (semua
jenis dari famili Dolphinidae)
20. Dugong dugon Duyung
21. Elephas indicus Gajah
22. Felis badia Kucing merah
23. Felis bengalensis Kucing hutan, Meong
congkok
24. Felis marmorota Kuwuk
25. Felis planiceps Kucing dampak
26. Felis temmincki Kucing emas
27. Felis viverrinus Kucing bakau
28. Helarctos malayanus Beruang madu
29. Hylobatidae Owa, Kera tak berbuntut (semua
jenis dari famili Hylobatidae)
30. Hystrix brachyura Landak
31. Iomys horsfieldi Bajing terbang ekor merah
32. Lariscus hosei Bajing tanah bergaris
33. Lariscus insignis Bajing tanah, Tupai tanah
34. Lutra lutra Lutra
35. Lutra sumatrana Lutra Sumatera
36. Macaca brunnescens Monyet Sulawesi
37. Macaca maura Monyet Sulawesi
38. Macaca pagensis Bokoi, Beruk Mentawai
39. Macaca tonkeana Monyet jambul
40. Macrogalidea musschenbroeki Musang
Sulawesi
41. Manis javanica Trenggiling, Peusing
42. Megaptera novaeangliae Paus bongkok
43. Muntiacus muntjak Kidang, Muncak
44. Mydaus javanensis Sigung
45. Nasalis larvatus Kahau, Bekantan
46. Neofelis nebulusa Harimau dahan
47. Nesolagus netscheri Kelinci Sumatera
48. Nycticebus coucang Malu-malu
49. Orcaella brevirostris Lumba-lumba air tawar,
Pesut
50. Panthera pardus Macan kumbang, Macan
tutul
51. Panthera tigris sondaica Harimau Jawa
52. Panthera tigris sumatrae Harimau Sumatera
53. Petaurista elegans Cukbo, Bajing terbang
54. Phalanger spp. Kuskus (semua jenis dari
genus Phalanger)
55. Pongo pygmaeus Orang utan, Mawas
56. Presbitys frontata Lutung dahi putih
57. Presbitys rubicunda Lutung merah, Kelasi
58. Presbitys aygula Surili
59. Presbitys potenziani Joja, Lutung Mentawai
60. Presbitys thomasi Rungka
61. Prionodon linsang Musang congkok
62. Prochidna bruijni Landak Irian, Landak semut
63. Ratufa bicolor Jelarang
64. Rhinoceros sondaicus Badak Jawa
65. Simias concolor Simpei Mentawai
66. Tapirus indicus Tapir, Cipan, Tenuk
67. Tarsius spp. Binatang hantu, Singapuar
(semua jenis dari genus Tarsius)
68. Thylogale spp. Kanguru tanah (semua jenis
dari genus Thylogale)
69. Tragulus spp. Kancil, Pelanduk, Napu (semua
jenis dari genus Tragulus)
70. Ziphiidae Lumba-lumba air laut (semua jenis
dari famili Ziphiidae)
II. Daftar Nama Latin Burung (AVES )
1. Accipitridae Burung alap-alap, Elang (semua
jenis dari famili Accipitridae)
2. Aethopyga exima Jantingan gunung
3. Aethopyga duyvenbodei Burung madu
Sangihe
4. Alcedinidae Burung udang, Raja udang
(semua jenis dari famili Alcedinidae)
5. Alcippe pyrrhoptera Brencet wergan
6. Anhinga melanogaster Pecuk ular
7. Aramidopsis plateni Mandar Sulawesi
8. Argusianus argus Kuau
9. Bubulcus ibis Kuntul, Bangau putih
10. Bucerotidae Julang, Enggang, Rangkong,
Kangkareng (semua jenis dari famili
Bucerotidae)
11. Cacatua galerita Kakatua putih besar jambul
kuning
12. Cacatua goffini Kakatua gofin
13. Cacatua moluccensis Kakatua Seram
14. Cacatua sulphurea Kakatua kecil jambul
kuning
15. Cairina scutulata Itik liar
16. Caloenas nicobarica Junai, Burung mas,
Minata
17. Casuarius bennetti Kasuari kecil
18. Casuarius casuarius Kasuari
19. 89 Casuarius unappenddiculatus Kasuari
gelambir satu, Kasuari leher kuning
20. Ciconia episcopus Bangau hitam,
Sandanglawe
21. Colluricincla megarhyncha Burung sohabe
coklat
22. Crocias albonotatus Burung matahari
23. Ducula whartoni Pergam raja
24. Egretta sacra Kuntul karang
25. Egretta spp. Kuntul, Bangau putih (semua
jenis dari genus Egretta)
26. Elanus caerulleus Alap-alap putih, Alap-alap
tikus
27. Elanus hypoleucus Alap-alap putih, Alap-alap
tikus
28. Eos histrio Nuri Sangir
29. Esacus magnirostris Wili-wili, Uar, Bebek laut
30. Eutrichomyias rowleyi Seriwang Sangihe
31. Falconidae Burung alap-alap, Elang (semua
jenis dari famili Falconidae)
32. Fregeta andrewsi Burung gunting, Bintayung
33. Garrulax rufifrons Burung kuda
34. Goura spp. Burung dara mahkota, Burung titi,
Mambruk (semua jenis dari genus Goura)
35. Gracula religiosa mertensi Beo Flores
36. Gracula religiosa robusta Beo Nias
37. Gracula religiosa venerata Beo Sumbawa
38. Grus spp. Jenjang (semua jenis dari genus
Grus)
39. Himantopus himantopus Trulek lidi, Lilimo
40. Ibis cinereus Bluwok, Walangkadak
41. Ibis leucocephala Bluwok berwarna
42. Lorius roratus Bayan
43. Leptoptilos javanicus Marabu, Bangau
tongtong
44. Leucopsar rothschildi Jalak Bali
45. Limnodromus semipalmatus Blekek Asia
46. Lophozosterops javanica Burung kacamata
leher abu-abu
47. Lophura bulweri Beleang ekor putih
48. Loriculus catamene Serindit Sangihe
49. Loriculus exilis Serindit Sulawesi
50. Lorius domicellus Nori merah kepala hitam
51. Macrocephalon maleo Burung maleo
52. Megalaima armillaris Cangcarang
53. Megalaima corvina Haruku, Ketuk-ketuk
54. Megalaima javensis Tulung tumpuk, Bultok
Jawa
55. Megapoddidae Maleo, Burung gosong (semua
jenis dari famili Megapododae)
56. Megapodius reintwardtii Burung gosong
57. Meliphagidae Burung sesap, Pengisap madu
(semua jenis dari famili Meliphagidae)
58. Musciscapa ruecki Burung kipas biru
59. Mycteria cinerea Bangau putih susu, Bluwok
60. Nectariniidae Burung madu, Jantingan, Klaces
(semua jenis dari famili Nectariniidae)
61. Numenius spp. Gagajahan (semua jenis dari
genus Numenius)
62. Nycticorax caledonicus Kowak merah
63. Otus migicus beccarii Burung hantu Biak
64. Pandionidae Burung alap-alap, Elang (semua
jenis dari famili Pandionidae)
65. Paradiseidae Burung cendrawasih (semua
jenis dari famili Paradiseidae)
66. Pavo muticus Burung merak
67. Pelecanidae Gangsa laut (semua jenis dari
famili Pelecanidae)
68. Pittidae Burung paok, Burung cacing (semua
jenis dari famili Pittidae)
69. Plegadis falcinellus Ibis hitam, Roko-roko
70. Polyplectron malacense Merak kerdil
71. Probosciger aterrimus Kakatua raja, Kakatua
hitam
72. Psaltria exilis Glatik kecil, Glatik gunung
73. Pseudibis davisoni Ibis hitam punggung putih
74. Psittrichas fulgidus Kasturi raja, Betet besar
75. Ptilonorhynchidae Burung namdur, Burung
dewata
76. Rhipidura euryura Burung kipas perut putih,
Kipas gunung
77. Rhipidura javanica Burung kipas
78. Rhipidura phoenicura Burung kipas ekor
merah
79. Satchyris grammiceps Burung tepus dada
putih
80. Satchyris melanothorax Burung tepus pipi
perak
81. Sterna zimmermanni Dara laut berjambul
82. Sternidae Burung dara laut (semua jenis dari
famili Sternidae)
83. Sturnus melanopterus Jalak putih, Kaleng
putih
84. Sula abbotti Gangsa batu aboti
85. Sula dactylatra Gangsa batu muka biru
86. Sula leucogaster Gangsa batu
87. Sula sula Gangsa batu kaki merah
88. Tanygnathus sumatranus Nuri Sulawesi
89. Threskiornis aethiopicus Ibis putih, Platuk
besi
90. Trichoglossus ornatus Kasturi Sulawesi
91. Tringa guttifer Trinil tutul
92. Trogonidae Kasumba, Suruku, Burung luntur
93. Vanellus macropterus Trulek ekor putih
III. Daftar Nama Latin Hewan
Melata (REPTILIA)
1. Batagur baska Tuntong
2. Caretta caretta Penyu tempayan
3. Carettochelys insculpta Kura-kura Irian
4. Chelodina novaeguineae Kura Irian leher
panjang
5. Chelonia mydas Penyu hijau
6. Chitra indica Labi-labi besar
7. Chlamydosaurus kingii Soa payung
8. Chondropython viridis Sanca hijau
9. Crocodylus novaeguineae Buaya air tawar
Irian
10. Crocodylus porosus Buaya muara
11. Crocodylus siamensis Buaya siam
12. Dermochelys coriacea Penyu belimbing
13. Elseya novaeguineae Kura Irian leher pendek
14. Eretmochelys imbricata Penyu sisik
15. Gonychephalus dilophus Bunglon sisir
16. Hydrasaurus amboinensis Soa-soa, Biawak
Ambon, Biawak pohon
17. Lepidochelys olivacea Penyu ridel
18. Natator depressa Penyu pipih
19. Orlitia borneensis Kura-kura gading
20. Python molurus Sanca bodo
21. Phyton timorensis Sanca Timor
22. Tiliqua gigas Kadal Panan
23. Tomistoma schlegelii Senyulong, Buaya sapit
24. Varanus borneensis Biawak Kalimantan
25. Varanus gouldi Biawak coklat
26. Varanus indicus Biawak Maluku
27. Varanus komodoensis Biawak komodo, Ora
28. Varanus nebulosus Biawak abu-abu
29. Varanus prasinus Biawak hijau
30. Varanus timorensis Biawak Timor
31. Varanus togianus Biawak Togian
IV. Daftar Nama Latin INSECTA (hewan
Serangga)
1. Cethosia myrina Kupu bidadari
2. Ornithoptera chimaera Kupu sayap burung
peri
3. Ornithoptera goliath Kupu sayap burung
goliat
4. Ornithoptera paradisea Kupu sayap burung
surga
5. Ornithoptera priamus Kupu sayap priamus
6. Ornithoptera rotschldi Kupu burung rotsil
7. Ornithoptera tithonus Kupu burung titon
8. Trogonotera brookiana Kupu trogon
9. Troides amphrysus Kupu raja
10. Troides andromanche Kupu raja
11. Troides criton Kupu raja
12. Troides haliphron Kupu raja
13. Troides helena Kupu raja
14. Troides hypolitus Kupu raja
15. Troides meoris Kupu raja
16. Troides miranda Kupu raja
17. Troides plato Kupu raja
18. Troides rhadamantus Kupu raja
19. Troides riedeli Kupu raja
20. Troides vandepolli Kupu raja
V. Daftar Nama Latin PISCES (Hewan Ikan)
1. Homaloptera gymnogaster Selusur Maninjau
2. Latimeria chalumnae Ikan raja laut
3. Notopterus spp. Belida Jawa, Lopis Jawa
(semua jenis dari genus Notopterus)
4. Pritis spp. Pari Sentani, Hiu Sentani (semua
jenis dari genus Pritis)
5. Puntius microps Wader goa
6. Scleropages formasus Peyang malaya,
Tangkelasa
7. Scleropages jardini Arowana Irian, Peyang
Irian, Kaloso
VI. Daftar Nama Latin ANTHOZOA
1. Anthiphates spp. Akar bahar, Koral hitam
(semua jenis dari genus Anthiphates)
VII. Daftar Nama Latin BIVALVIA
1. Birgus latro Ketam kelapa
2. Cassis cornuta Kepala kambing
3. Charonia tritonis Triton terompet
4. Hippopus hippopus Kima tapak kuda, Kima
kuku beruang
5. Hippopus porcellanus Kima Cina
6. Nautilus popillius Nautilus berongga
7. Tachipleus gigas Ketam tapak kuda
8. Tridacna crocea Kima kunia, Lubang
9. Tridacna derasa Kima selatan
10. Tridacna gigas Kima raksasa
11. Tridacna maxima Kima kecil
12. Tridacna squamosa Kima sisik, Kima seruling
13. Trochus niloticus Troka, Susur bundar
14. Turbo marmoratus Batu laga, Siput hijau

Itulah daftar sementara dari berbagai nama
dari hewan maupun tumbuhan dalam bahasa
latin yang sering sekali digunakan dalam
pelajaran IPA terutama Biologi.

Taksonomi Makhluk Hidup. Biologi Kelas X

Di bumi keanekaragaman makhluk hidup
sangat beranekaragam dan semakin lama
bertambah banyak, tentu saja
keanekaragaman juga tertambah. Dengan
adanya makhluk hidup yang jumlahnya
berjuta-juta itu bagaimana kita akan
mempelajarinya? Untuk mempelajari makhluk
hidup tersebut, manusia berusaha
menyederhanakan makhluk hidup dengan
menggolong-golongkan makhluk hidup
berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.
Di dalam kelompok yang mempunyai ciri-ciri
yang sama tersebut pastilah ditemukan lagi
perbedaan-perbedaan. Kemudian dibentuk
kelompok-kelompok yang lebih kecil
berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki,
sehingga akan diperoleh kelompok terkecil
dengan persamaan ciri yang sama. Ilmu yang
mempelajari pengelompokkan makhluk hidup
dengan suatu sistem tertentu disebut
klasifikasi atau taksonomi. Lebih jelasnya,
simak penjelasan tentang klasifikasi makhluk
hidup berdasarkan ciri-ciri berikut ini!
Pada abad ke-18 Carolus Linnaeus (1707 –
1778), seorang ahli biologi dari Swedia
memperkenalkan klasifikasi berdasarkan
persamaan struktur. Makhluk hidup yang
mempunyai struktur tubuh yang sama
ditempatkan dalam satu kelompok. Bila
dalam satu kelompok ditemukan perbedaan–
perbedaan, maka dipisahkan dalam kelompok
yang lebih kecil lagi begitu seterusnya. Hal
ini menghasilkan setiap kelompok kecil
mempunyai persamaan ciri . Dengan cara
seperti ini maka makhluk yang ada
dipermukaan bumi ini dibedakan menjadi dua
(2) kelompok dunia kehidupan besar yaitu:
dunia hewan atau Animalia dan dunia
tumbuhan atau Plantae. Selanjutnya setiap
dunia akan dibagi menjadi kelompok-
kelompok lebih kecil yang disebut dengan
takson-takson. Dunia hewan akan dibagi
menjadi takson-takson sebagai berikut:
a. Kingdom atau kerajaan.
b. Filum.
c. Class atau kelas.
d. Ordo atau bangsa.
e. Familia atau suku.
f. Genus atau marga.
g. Species atau jenis.
Dalam dunia tumbuhan dibagi menjadi
takson-takson sebagai berikut:
a. Kingdom atau kerajaan.
b. Divisi.
c. Class atau kelas.
d. Ordo atau bangsa.
e. Familia atau suku.
f. Genus atau marga.
g. Species atau jenis.
Selain itu, di dalam klasifikasi makhluk hidup
menggunakan sistem yang disebut dengan
Sistem Binomial Nomenklatur (Sistem nama
ganda). Di dalam sistem Binomial
Nomenklatur mempunyai aturan-aturan
sebagai berikut:
1. Species terdiri dari dua kata, kata pertama
menunjukkan genus dan kata kedua
menunjukkan sifat spesifikasinya.
2. Kata pertama diawali dengan huruf besar dan
kata kedua dengan huruf kecil.
3. Menggunakan bahasa latin atau ilmiah atau
bahasa yang dilatinkan dengan dicetak miring
atau digaris bawahi.
Contoh : Nama species Pisang ; Musa
paradisiaca L
Genus : Musa
Species : paradisiaca
Pelaku pengidentifikasi oleh Linnaeus
disingkat dengan L

Beberapa alasan dalam klasifikasi
menggunakan bahasa latin, karena:
1. Agar tidak ada kekeliruan dalam
mengidentifikasi makhluk hidup karena tidak
ada nama makhluk hidup yang sama persis.
2. Nama ilmiah jarang berubah.
3. Nama ilmiah ditulis dalam bahasa yang sama
di seluruh dunia.
Menurut RH.Whittaker yang didukung oleh
banyak ahli biologi, pada tahun 1969
dikembangkan klasifikasi makhluk hidup
menggunakan sistem lima kingdom sebagai
berikut :
1 . Monera
2 . Protista
3 . Fungi
4 . Plantae
5 . Animalia
Kata Kunci :
klasifikasi makhluk hidup,klasifikasi makhluk
hidup kelas 7,biologi klasifikasi makhluk
hidup,klasifikasi hewan dalam bahasa
latin,klasifikasi hewan menurut filum beserta
keterangannya,nama ilmiah posang dalam
biologi,wacana tentang mahkluk hidup

Sumber : Artikel Biologi

Minggu, 01 September 2013

Download Buku Biologi SMA/MA kelas X

Berikut Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi Kelas X.  Bisa di Download secara gratis.

TUGAS BIOLOGI KELAS X MA MATHLA’UL ANWAR MATERI: Mengenal Biologi Sebagai Ilmu

A. Pilihlah salah satu jawaban
yang paling tepat!
1. Perbedaan antara ilmu pengetahuan
dan pengetahuan biologi terletak
pada ....
a. ilmu mempunyai objek dan
metode, pengetahuan tidak
b. pengetahuan diperoleh
melalui penelitian terencana
sedangkan ilmu tidak
c. pengetahuan bersumber
pada ilmu, sedangkan ilmu
bersumber pada masalah
d. pengetahuan diperoleh
tanpa sengaja dari obyek
sedangkan ilmu diperoleh dari
obyek tertentu dengan
metode khusus
e. pengetahuan mempunyai
objek tanpa metode
sedangkan ilmu mempunyai
objek sekaligus
menggunakan metode tertentu
2. Pengertian biologi yang paling tepat
dijabarkan sebagai ilmu ....
a. yang mempelajari arti dari
keseimbangan alam
b. yang mempelajari makhluk
hidup yang ada dan yang
pernah ada
c. yang mempelajari hubungan
antara produsen dan
konsumen
d. yang mempelajari semua
makhluk hidup yang sekarang
ada
e. yang mempelajari
keberadaan jaring-jaring
kehidupan di bumi
3. Objek material yang dikaji dalam
biologi adalah ....
a. makhluk hidup saja
b. makhluk hidup dan jasad
renik
c. makroorganisme dan
mikroorganisme
d. makhluk hidup dan yang
pernah hidup
e. makhluk hidup dan makhluk
tidak hidup
4. Hal pokok yang membedakan biologi
dengan ilmu-ilmu lainnya adalah ....
a. objek dasarnya     d. metode
yang digunakan
b. objek formalnya e.
pengetahuan yang mendasari
c. objek materialnya
5. Ruang lingkup biologi yang dalam
pengkajiannya memerlukan alat bantu
berupa
   mikroskop, misalnya ....
a. atom dan molekul
d. sel saja
b. organel, sel, dan jaringan
e. organ
c. bioma dan biosfer
6. Seorang dokter mencatat pada
seorang pasien terdapat gejala: suhu
tubuh cenderung tinggi selama 3 hari
terakhir, ada keluhan mual dan sakit di
ulu hati, keluar darah dari hidung
(mimisan), keluar bintik-bintik merah
pada permukaan  kulit. Hasil
pemeriksaan laboratorium trombosit
sangat rendah. Berdasarkan gejala
tersebut ditegaskan diagnosis pasien
terserang penyakit DBD (deman
berdarah dengue), yang penyebarannya
melalui perantara nyamuk. Perilaku
nyamuk penyebab DBD merupakan
persoalan biologi pada tingkat ....
a. individu
d. ekosistem
b. populasi
e. biosfer
c. komunitas
7. Berikut ini yang bukan manfaat
mempelajari biologi secara moral
adalah ....
a. dapat memanfaatkan
sumber daya alam secara
bijaksana
b. tidak mudah percaya
dengan hal-hal yang berbau
mistik
c. mampu bersikap ilmiah
dalam menghadapi masalah
d. berani memanfaatkan hutan
dengan sekehendak hati
e. peduli terhadap keberadaan
makhluk hidup di sekitarnya
8. Berbagai upaya untuk peningkatan
produksi pangan diantaranya dilakukan
dengan
penyilangan berbagai varietas padi
untuk mendapatkan bibit padi unggul.
Penyilangan-penyilangan ini merupakan
penerapan cabang ....
a. anatomi
d. genetika
b. morfologi
e. ekologi
c. fisiologi
9. Salah satu manfaat biologi yang
paling mendasar bagi manusia adalah ....
a. jumlah penemuan biologi
yang semakin banyak
b. mampu mengurangi dan
meredakan permasalahan
lingkungan
c. lahirnya ahli-ahli biologi
yang berkecimpung di
berbagai kehidupan
d. makin bertambahnya
manusia yang mencintai ilmu
biologi
e. lahirnya sikap manusia yang
peduli pada kehidupan diri
dan makhluk lainnya.
10. Mekanisme gerakan otot yang
dipelajari dalam fisiologi gerak
merupakan cabang ilmu biologi   yang
juga melibatkan ilmu lain, antara lain ....
a. matematika, dan fisika
d. ekologi kimia
dan statistik
b. kimia dan matematika
e. fisika dan
geofisika
c. kimia dan fisika
B. Jawablah pertanyaan berikut
ini!
1. Apakah yang dimaksud dengan ilmu
pengetahuan?
2. Sebutkan hal apa sajakah yang
menjadi objek kajian dalam biologi!
3. Cabang-cabang biologi apa sajakah
yang diperlukan untuk dapat
mengklasifikasikan hewan
dan tumbuhan? Sebutkan dan
jelaskan peranannya masing-masing!
4. Apakah cerita kuda terbang, negeri
dongeng, makhluk luar angkasa (aliens)
termasuk objek kajian biologi?
Mengapa?
5. Apakah ada bahaya dari mempelajari
biologi? Jika ada bagaimanakah upaya
untuk
menanggulanginya?
Sumber : BSE Biologi Untuk SMU/MA
Kelas X : Moch Anshori
Djoko Martono
Download Soal dalam format microsoft Word

Sabtu, 31 Agustus 2013

Tanda-Tanda Kematian Dalam Prespektif Medis

Semua yang hidup pasti
akan mati. Seperti apa proses kematian yang
nantinya akan dialami oleh setiap makhluk
hidup?
Tidak mudah memang memprediksikan secara
tepat kapan seseorang akan meninggal.
Kematian itu sendiri bisa disebabkan sakit,
kecelakaan atau sebab lainnya.
Pada kondisi normal seperti orang sakit
biasanya seseorang akan menunjukkan gejala
yang mengindikasikan bahwa hidupnya akan
segera berakhir beberapa minggu lagi seperti
dikutip dari Mayoclinic yaitu:
1. Merasa gelisah.
Seseorang akan merasa tidak tenang serta
sulit tidur, selain itu dia akan seringkali
mengganti posisi saat tidur karena perasaan
gelisah.
2. Menarik diri.
Seseorang tidak ingin lagi terlibat dalam
aktifitas sosial ataupun melakukan kegiatan
favoritnya.
3. Sering mengantuk.
Seseorang akan menghabiskan lebih banyak
waktunya untuk tidur.
4. Kehilangan nafsu makan.
Seseorang hanya akan makan dan minum
dalam jumlah sedikit dan berbeda dari
biasanya.
5. Mengalami jeda saat bernapas.
Hal ini biasanya terjadi saat seseorang
sedang tidur ataupun terjaga.
6. Luka yang sulit sembuh.
Luka atau infeksi yang dialami mengalami
kesulitan untuk disembuhkan.
7. Pembengkakan.
Pada beberapa orang terjadi pembengkakan
di daerah tangan, kaki atau bagian tubuh lain.
Proses sekarat mulai terjadi ketika tubuh
tidak bisa mendapatkan asupan oksigen yang
diperlukan untuk bisa bertahan hidup. Sel
yang berbeda akan memiliki kecepatan
kematian yang berbeda pula, sehingga
panjangnya proses seseorang sekarat
tergantung pada sel-sel yang kekurangan
oksigen ini.
Sedangkan otak memerlukan oksigen dalam
jumlah yang besar dan hanya memiliki sedikit
oksigen cadangan. Sehingga jika asupan
oksigen berkurang maka akan mengakibatkan
kematian sel dalam waktu 3-7 menit saja.
Beberapa tanda yang ditunjukkan oleh orang
yang sekarat adalah lebih banyak tidur, hal ini
untuk menghemat energi yang tinggal tersisa
sedikit di tubuh. Ketika energi tersebut
hilang, maka seseorang akan kehilangan
nafsu untuk makan ataupun minum. Proses
menelan pun menjadi sulit dan mulut akan
sangat kering, sehingga memaksa orang yang
sekarat untuk minum akan membuatnya
tersedak.
Selain itu orang yang sekarat akan kehilangan
kontrol pada kandung kemih dan ususnya,
sehingga seringkali terlihat mengompol.
Orang akan merasa bingung, gelisah dan
tidak tenang karena tidak dapat bernapas
dengan teratur. Ketika sel-sel di dalam tubuh
mulai kehilangan sambungan, maka akan
mengalami kejang otot.
Kematian akan semakin mendekat jika kaki
dan tangan terasa dingin dan mulai sedikit
membiru akibat terhentinya aliran darah ke
daerah tersebut. Tapi lama-kelamaan akan
semakin menyebar ke bagian tubuh atas
seperti lengan, bibir dan kuku. Selain itu
orang menjadi tidak responsif, meskipun
matanya terbuka tapi memiliki tatapan mata
kosong atau tidak melihat sekelilingnya.
Setelah itu pernapasan akan terhenti sama
sekali dan diikuti oleh berhentinya kerja
jantung, maka secara klinis orang tersebut
sudah mati karena tidak ada sirkulasi dan
cadangan oksigen untuk bisa mencapai sel-sel
di tubuh. Namun kematian klinis bisa
dikembalikan melalui proses CPR (napas
bantuan), transfusi atau ventilator. Tapi jika
4-6 menit setelah kematian klinis tidak ada
perubahan, maka itu artinya jantung sudah
tidak bisa bekerja lagi.
Karena jantung sudah tidak bekerja, maka
secara otomatis aliran darah dan oksigen ke
seluruh tubuh dan otak juga akan terhenti.
Akibat tidak adanya asupan oksigen dan
darah ke otak, maka dalam hitungan
beberapa detik otak juga akan mati dan
disitulah akhir dari perjalanan hidup seorang.
Sumber: Berita Unik

MODEL PENDIDIKAN MASYARAKAT JEPANG

Sambil Menunggu Jam masuk kelas sy iseng iseng membuka facebook diruang pribadi kepala madrasah. Memang pada awalnya mau melihat status status dari fp bola. kemudian mata saya tertuju pada salah satu status teman fb sy Debit Ridhawati yang menceritakan bahwa
Anaknya bersekolah di salah satu Sekolah
(SDN) kota Tokyo, Jepang. beberapa waktu lalu, dia
menghadiri acara “open school” di sekolah
Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SDN yang
tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolah gratis.
lokasinya di sekitar perumahan.Pada kesempatan itu orang
tua diajak melihat bagaimana anak-anak melakukan pembelajaran.
orang tua diperbolehkan masuk ke dalam kelas, menyaksikan proses belajar mengajar mereka. Semua bersemangat
karena mereka meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tak
bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik
anak-anaknya.Melihat bagaimana ketangguhan warga
Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka saling
memerhatikan kepentingan orang lain di saat kesulitan.
bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam setiap
aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa
kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang
default”, namun pastilah “by design”. Ada satu model
pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan
terus menerus di masyarakat.Dan saat Saudari Debit Ridhawati mengikutu bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses tersebut
terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah jepang
menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. sebagai fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada pelajar Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yakni pelajaran
anak tentang moral. Namun nilai moral diselipkan disetiap
mata pelajaran dan kehidupan.Sejak masa lalu agama
utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confucius disertai
spirit samurai dan bushido, memberi landasan utk
pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang mereka terapkan
adalah bagaimana menaklukan diri sendiri dan pemahaman moral
yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat membantu
menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.Anak dididik
untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan juga kejujuran. Anak
dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi dan harta.

Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistemo
nilai moral melalui empat aspek, yaitu
Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self),
Menghargai Orang Lain (Relation to Others)
Menghargai Lingkungan dan Keindahan
(Relation to Nature & the Sublime), serta
menghargai kelompok dan komunitas
(Relation to Group & Society). Keempatnya
diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak
sehingga membentuk perilaku
mereka.Pendidikan di SD Jepang selalu
menanamkan pada anak-anak bahwa hidup
tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam
bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan
orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial.
Tak heran kalau kita melihat dalam
realitanya, masyarakat di Jepang saling
menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya
maupun bermasyarakat, mereka saling
memperhatikan kepentingan orang lain.
Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak
mereka berada di tingkat pendidikan
dasar.Empat kali dalam seminggu, anak saya
kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan
rumah tangga. Ia harus membersihkan dan
menyikat WC, menyapu dapur, dan mengep
lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali,
harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu.
Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan
menghormati orang lain.Kebersahajaan juga
diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak
sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting da
nilai materi. Mereka hampir tidak pernah
menunjukkan atau bicara tentang materi.
Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang
membawa handphone, ataupun barang
berharga. Berbicara tentang materi adalah
yang memalukan dan dianggap rendah di
Jepang.Keselarasan antara pendidikan di
sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan
rumah dan masyarakat juga penting. Apabil
anak di sekolah membersihkan WC, maka
otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apab
anak di sekolah bersahaja, maka orang tua
rumah juga mencontohkan kebersahajaan.
Hal ini menjadikan moral lebih mudah
tertanam dan terpateri di anak.Dengan kata
lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang
diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru
mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian
sang anak.Saat makan siang tiba, anak-anak
merapikan meja untuk digunakan makan
siang bersama di kelas. Yang mengagetkan
adalah, makan siang itu dilayani oleh
mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa
anak pergi ke dapur umum sekolah untuk
mengambil trolley makanan dan minuman.
Kemudian mereka melayani teman-temanny
dengan mengambilkan makanan dan
menyajikan minuman.Hal seperti ini
menanamkan nilai pada anak tentang
pentingnya melayani orang lain. Dengan demikian,
apabila anak-anak terbiasa melayani,
sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti
nalurinya melayani masyarakat, bukan mala
minta dilayani. Siapapun sebagai orang tua andai
kebetulan melihat sistem pendidikan dasar
SD Negeri Jepang, maka pastilah akan tercenung. Mata
pelajaran yang menurut kita “berat” dan
kerap di-“paksa” harus hafal di SD/MI kita, tidak
terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang
dipikir cukup berat hanyalah huruf Kanji
Sementara, selebihnya adalah penanaman
nilai.Besarnya kekuatan industri Jepang,
majunya perekonomian, teknologi canggih,
hanyalah ujung yang terlihat dari negeri
Jepang. Di balik itu semua ada sebuah
perjuangan panjang dalam membentuk
budaya dan karakter. Ibarat pohon besar
yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya
tetap dari satu petak akar. Dan akar itu,
adalah pendidikan dasar.Sistem
pendidikan Jepang seperti di atas tadi,
berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang
ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di
semua sekolah hingga pelosok negeri.
Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah
yang mengajarkan pembentukan karakter.
Ada sekolah mahal yang bagus. Namun
selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan
sebagai sistem nasional, anak akan mengalami
kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalah lagi
kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian
dari mencari gengsi, maka satu nilai moral
sudah berkurang di sana.Di Jepang, masalah
pendidikan ditangani oleh Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan
Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut
dengan Monkasho. Pemerintah Jepang
mensentralisir pendidikan dan mengatur
proses didik anak-anak di Jepang. MEXT
menyadari bahwa pendidikan tak dapat
dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam
proses pendidikan, anak diajarkan budaya
dan nilai-nilai moral.Mudah-mudahan
dikeluarkannya kata “Budaya” dari
Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan”
sehingga “hanya” menjadi Departemen
“Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan
berarti bahwa pendidikan kita mulai
melupakan “Budaya”, yang di dalamnya
mencakup moral dan budi pekerti.
Hakikat pendidikan dasar adalah juga
membentuk budaya, moral, dan budi
pekerti, bukan sekedar menjadikan ana
anak kita pintar dan otaknya menguasai
ilmu teknologi. Apabila halnya demikian,
kita tak perlu heran kalau masih melihat
banyak orang pintar dan otaknya cerdas,
namun miskin moral dan budi pekerti.
Mungkin kita terlewat untuk
menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD/MI
dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita
untuk menghafal ilmu-ilmu penting lainnya.

Mudahan Tulisan ini bermanfaat bagi guru guru di Indonesia sbg bahan pembanding Tak Terkecuali untuk guru-guru Madrasah.


Rabu, 28 Agustus 2013

NRG Kemenag Kalsel 2013

Berikut adalah SK dirjen Pendidikan Islam No 667 Tahun 2013 Tentang Penetapan Guru Profesional Madrasah Kalimantan Selatan.
Namun Tidak semua Angkatan PLPG yg tercantum. SK ini hanya memuat NRG peserta PLPG PSG IAIN Antasari Banjarmasin untuk Peserta Alokasi Tambahan.
Untuk SK dan lampirannya bisa di download disini.

Mudahan dengan Terbitnya SK Dirjen
No 667 ini dapat membantu
mempercepat pencairan Tunjangan
Profesi guru yang bersngkutan.
(walaupun menurut informasi Bidang
Perencanaan Kemenag Kalsel Bapak
Yuliansyah MM. Guru yang memiliki
NRG 2013 Baru akan dicairkan tahun
berikutnya karena belum masuk ke
Perencanaan Anggaran )

mohon maaf karena hanya berupa hasil scan dg format PDF

Selasa, 27 Agustus 2013

Syarat-syarat Umum Penerimaan CPNS 2013


Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Azwar
Abubakar melalui Surat Edaran Nomor :
SE/10/M.PAN-RB/08/2013 meminta
pejabat pembina kepegawaian di seluruh
Indonesia untuk menyiapkan sarana dalam
rangka mendukung pelaksanaan sistem
Computer Assisted Test (CAT), termasuk
spesifikasi minimal infrastruktur
penggunaan CAT.
Sedang bagi para peserta tes CPNS, untuk
menghemat waktu akses, agar menyiapkan
data-data dan dokumen pendukung
minimal, yaitu :
* Nomor Kartu Tanda Penduduk (KTP).
* Tahun dan nomor ijasah pendidikan
terakhir.
* Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) transkrip
nilai pendidikan terakhir.
* Berkas pasfoto digital warna berukuran
200 x 150 piksel dalam format JPEG
(dengan nama ekstensi JPG) dan maksimal
berukuran sebesar 30 KB.
* Berkas fotokopi digital ijasah dan
transkrip dalam format PDF (dengan nama
ekstensi PDF) dan maksimal berukuran 500
KB.
* Surat elektronik (Email) yang biasa dan
selalu Anda akses secara berkala. Informasi
khusus akan disampaikan melalui surat
elektronik secara langsung.
* Judul dan abstrak tugas akhir / tesis /
disertasi.
* Untuk pelamar lulusan dari luar-negeri,
diwajibkan melampirkan Surat Keterangan
Penyetaraan Ijasah dari Dikti – Depdiknas,
atau Surat Keterangan telah mengajukan
permohonan Penyetaraan Ijasah.
Peserta diimbau melakukan registrasi
lamaran melalui situs yang benar, mengisi
formulir dengan benar dan lengkap.
Kesalahan pengisian sehingga terjadi
ketidaksesuaian dengan berkas digital
pendukung yang telah diunggah akan
mengakibatkan ketidaklulusan pada tahap I
(verifikasi administrasi).
Kebenaran isian serta berkas digital yang
diunggah akan dicek pada saat verifikasi
fisik sebelum ujian tulis. Ketidaksesuaian
data akan mengakibatkan peserta
digugurkan dan tidak diperkenankan
mengikuti ujian tulis.
Dalam proses verifikasi, panitia tidak
memiliki (dan tidak diberi) wewenang
untuk melakukan perubahan pada isian
Anda.
Deputi Bidang SDM Aparatur Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB)
Setiawan Wangsaatmaja mengatakan,
pelaksanaan tes CPNS akan dibagi dalam
dua metode. Yaitu sitem yang
menggunakan LJK dan sistem CAT.
Pelaksanaan tes CPNS dari pelamar umum
dengan sistem Computer Assisted Test
(CAT) akan dimulai pada 29 September
2013. Sedangkan tes CPNS melalui sistem
lembar jawaban komputer (LJK) untuk
honorer katagori dua maupun pelamar
umum akan digelar serentak pada 3
November 2013.
Dalam CAT, peserta diwajibkan
menyelesaikan 100 soal. Terdiri dari 35
soal tes wawasan kebangsaan (TWK), 30
soal tes intelegensia umum (TIU), dan 35
soal tes karakteristik pribadi (TKP). Untuk
TWK dan TIU, kalau salah nilainya nol,
kalau betul nilainya 5.
Untuk mengatasi keadaan itu, harus
diciptakan sebuah sistem yang bisa
memutus mata rantai transaksi illegal, yang
merusak sendi-sendi kehidupan bernegara
itu. Pemerintah yakin, test CPNS dengan
sistem Computer Assisted Test (CAT) yang
akan dilaksanakan mulai tahun 2013 ini
dapat menghindari terjadinya praktek-
praktek tidak terpuji itu.
Dalam pelaksanaannya, panitia seleksi
nasional pengadaan CPNS bekerjasama
dengan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)
yang membantu proses pengamanan sistem
teknologinya. “Lemsaneg akan mem-protect
supaya soal-soal pada sistem CAT tidak
bocor. Dijamin seratus persen aman.”
imbuhnya.
-----------------------------------
Saran kami fokuslah dengan belajar jenis
soal-soal di atas agar Anda bisa benar-
benar siap menghadapi Ujian CPNS tahun
ini. Agar proses belajar Anda lebih terarah
dan tepat sasaran kami sarankan Anda
belajar dengan metode terbaik yang bisa
Anda dapatkan di: http://tryout.cpnsonlin
e.com/
Di http://tryout.cpnsonline.com/ , Anda
akan belajar soal-soal sesuai dengan kisi-
kisi pemerintah dengan bentuk soal
menggunakan CAT (Computer Assisted
Test) dan juga
bisa belajar dengan soal bentuk .pdf yang
bisa Anda print untuk belajar secara
manual. Soal juga disertai pembahasan
yang sudah melalui QC yang ketat. Anda
juga bisa mengikuti tryout secara rutin
menjelang tes CPNS tahun ini. Dengan
banyak berlatih dan juga Tryout secara
rutin maka Persiapan Anda akan sangat
matang.

Sumber: fp cpns indonesi

Kamis, 13 Juni 2013

PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Pengertian Pelaksanaan Proses Belajar
Mengajar
Proses pembelajaran merupakan suatu
kegiatan intraksi antara guru dan murid
dimana akan diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar ( dimyati dan
mudjiono, 2006 : 3 ). Proses pembelajaran
juga diartikan sebagai suatu proses
terjadinya intraksi antara pelajar, pengajar
dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran, yang berlangsung dalam
suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan
waktu tertentu pula ( hamalik, 2006 : 162 ).
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut
di atas maka dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran sebagai suatu proses
intraksi antara guru dan murid dimana akan
dikhiri dengan proses evaluasi hasil belajar
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
yang berlangsung dalam suatu lokasi dan
jangka waktu tertentu.
Komponen-Komponen Proses Belajar
Mengajar
Menurut Adrian ( 2000 : 25 ) dalam
artikelnya yang berjudul “metode mengajar
berdasarkan tipologi belajar siswa”,
menjelaskan kegiatan belajar mengajar
melibatkan beberapa komponen yaitu guru
(pendidik), peserta didik, tujuan
pembelajaran, isi pembelajaran, metode
mengajar, media dan evaluasi
pembelajaran.
1. Guru ( Pendidik )
Sebagai dijelaskan oleh H.A.R Tilaar yang
dikutip oleh Suyanto ( 2001 : 31 ),
memberikan empat ciri utama agar seorang
guru terkelompok dalam guru yang
professional, masing-masing itu adalah:
Memiliki kepribadian yang matang
dan berkembang ( mature and
developing personality ),
Mempunyai keterampilan
membangkitkan minat peserta didik,
Memiliki penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang kuat
dan
Sikap profesionalnya berkembang
secara bersinambungan.
Sedangkan menurut wardiman djojonegoro
yang dikutip oleh suyanto ( 2001 : 33 ).
Guru yang bermutu memiliki paling tidak
empat kreteria utama, yaitu :
Kemampuan profesional, meliputi
kemampuan intelegensi, sikap dan
prestasi kerja;
Upaya profesional adalah upaya
seorang guru untuk
mentranspormasikan kemampuan
professional yang dimilikinya kedalam
tindakan mendidik dan mengjar
secara nyata,
Waktu yang dicurahkan untuk
kegiatan professional, menunjukan
intensitas waktu dari seorang guru
yang dikonsentarsikan untuk tugas-
tugas profesinya; dan 4) kesesuaian
antara keahlian dan pekerjaan, disini
gur u dituntut untuk dapat
membelajarkan siswa secara tuntas,
benar dan berhasil.
Terkait dengan hal tersebut, maka fungsi
dan tugas guru dalam situasi pendidikan
dan pengajaran terjalin intraksi antara dan
guru. Intraksi ini sesungguhnya merupakan
intraksi antara dua kepribadian yaitu
kepribadian guru sebagai seorang dewasa
dan sedangkan berkembang mencari bentuk
kedewasaan.
Sehubungan dengan itu sukmadinata
( 2004 : 252 ) menjelaskan fungsi / tugas
seorang guru dalam proses pembelajaran
sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik Dan Pengajar
Tugas utama sebagai pendidik adalah
membantu mendewasakan anak. Dewasa
secara psikologis, sosial, dan moral.
Dewasa secara psikologis berarti individu
telah bisa berdiri sendiri, tidak bergantung
pada orang lain serta sudah mampu
bertanggung jawab atas segala perbuatan
dan mampu bersikap obyektif. Dewasa
secara sosial berarti telah mampu menjalin
hubungan sosial dan kerja sama dengan
orang dewasa lainnya. Dewasa secara moral
yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang
ia akui kebenarannya dan mampu berprilaku
sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi
pegangannya.
Tugas utama guru sebagai pengajar adalah
membantu perkembangan intelektual,
afektif dan psikomotorik, melalui
penyampaian pengetahuan, pemecahan
masalah, latihan afektif dan keterampilan.
2. Guru Sebagai Pembimbing
Selain sebagai pendidik dan pengajar guru
juga sebagai pembimbing. Perkembangan
anak tidak selalu mulus dan lancar,
adakalanya lambat dan mungkin juga
berhenti sama sekali. Dalam kondisi dan
situasi seperti ini mereka perlu
mendapatkan bantuan dan bimbingan.
Sebagai upaya membantu anak mengatasi
kesulitan atau hambatan yang dihadapi
dalam perkembangannya.
Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki
pemahaman yang seksama tentang para
siswanya, baik itu tentang segala potensi
dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-
kesulitannya. Serta segala latar
belakangnya agar tercapai kondisi seperti
itu, guru perlu banyak mendekati siswa,
membina hubungan yang lebih dekat dan
akrap, melakukan pendekatan serta
mengadakan dialog-dialog secara langsung.
Selain fungsi seorang guru/ pendidik dalam
proses pembelajaran juga seorang guru
dituntu memiliki sifat dan sikap yang harus
dimiliki oleh seorang guru adlah sebagai
berikut :
Fleksibel, seorang guru adalah
seorang yang telah mempunyai
pegangan hidup, telah punya prinsip,
pendirian dan keyakinan sendiri, baik
dalam nilai-nilai maupun dalam ilmu
pengetahuan. Guru juga harus bisa
bertindak bijaksana, terhadap orang
yang tepat dalam situasi yang tepat.
Bersikap terbuka, seorang guru
hendaknya memiliki sifat terbuka baik
untuk menerima kedatangan siswa,
untuk diminta bantuan, juga untuk
mengoreksi diri.
Berdiri sendiri, seorang guru adlah
seorang yang telah dewasa, ia telah
sangup berdiri sendiri baik secara
intelektual, sosial maupun emosional.
Berdiri sendiri secara intelektual,
berarti ia memiliki pengetahuan yang
cukup untuk mengajar juga telah
memberikan pertimbangan-
pertimbangan rasional dan
mengambil suatu putusan atau
pemecahan masalah.
Peka, seorang guru harus peka atau
sensitif terhadap penampilan para
siswanya.
Tekun, pekerjaan seorang guru
membutuhkan ketekunan, baik
didalam memrsiapkam, melaksankan,
menilai maupun membina siswa
sebagai generasi penerus bagi
kehidupan yang akan datang,
Melihat kedepan, tugas guru adalah
membina siswa sebagai generasi
penerus bagi kehidupan yang akan
dating.
Menerima diri, seorang guru selain
bersikap realistis, ia juga harus
mampu menerima keadaan dan
kondisi dirinya ( sukmandinata, 2004 :
256-258 ).
Dalam undang-undang no 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional,
seorang guru tidak hanya dituntut pengajar
yang bertugas menyampaikan materi
pelajaran tertentu, tetapi juga harus
berperan sebagai pendidik. Dimyati dan
mudjiono (2006 : 41 ) mengatakan tugas
seorang guru adalah mengajar. Dalam
kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat
dilakukan sembarangan, tetapi harus harus
mengunakan teori-teori dan prinsip-prinsip
belajar, prisnsip-prinsip belajar sebagai
berikut :
Perhatian dan motivasi, perhatian dan
motivasi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kegiatan
belajar.
Keaktifan, anak memupunyai
dorongan untuk berbuat sesuatu
Ketertiban langsung / pengalaman,
belajar haruslah dilakukan sendiri
oleh siswa.
Pengulangan, melatih daya-daya jiwa
dan membentuk respon yang benar
dan bentuk kebiasaan-kebiasaan
Tantangan, dalam belajar siswa tentu
memiliki hambatan yaitu mepelajari
bahan belajar, maka timbulah motif
yang mengatasi hambatan itu dengan
belajar.
2. Peserta Didik
Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 22 ) dalam
bukunya belajar dan pembelajaran,
mendefenisikan peserta didik atau siswa
adalah subyek yang terlibat dalam kegiatan
belajar mengajar disekolah. Sedangkan
menurut Aminuddin Rasyad ( 2000 :105 ),
peserta didik (siswa) adalah seseorang atau
sekelompok orang yang bertindak sebagai
pelaku, pencari, penerima, dan penyimpan
isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk
mencapai tujuan.
3. Tujuan Pembelajaran
Pada hakekatnya tujuan pembelajaran
adalah perubahan prilaku dan tingkah laku
yang positif dari peserta didik setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar,
seperti perubahan secara psikologis akan
tampil dalam tingkah laku ( over behavior )
yang dapat diamati melalui alat indra oleh
orang lain baik tutur kata, motorik, dan
gaya hidup.
4. Gaya Hidup
Untuk menjamin efektivitas pengembangan
kurikulum dan program pembelajaran, maka
kepala sekolah beserta guru-guru lainya
untuk menjabarkan isi kurikulum secara
lebih rinci dan oprasional kedalam program
tahunan, semesteran, dan bulanan. Adapun
program mingguan atau program satuan
pelajaran wajib di kembangkan guru
sebelum melakukan kegiatan belajar
mengajar. Berikut prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan :
Tujuan yang dikehendaki harus jelas,
oprasional mudah terlihat, ketepatan
program-program yang dikembangkan
untuk mencapai tujuan.
Program ini harus sederhana atau
fleksibel.
Program-program yang disusun dan
dikembangkan harus sesuai dengan
tujuan yang telah diterapkan
Program yang dikembangkan harus
menyeluruh dan jelas pencapaiannya
Harus ada koordinasi antara kompone
pelaksana program disekolah
( Mulyasa, 2006 : 41 ).
5. Metode Mengajar
Metodologi mengajar dalam dunia
pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik,
karena keberhasilan Proses Belajar
Mengajar (PBM) bergantung pada cara
mengajar gurunya. Jika cara mengajar
gurunya enak menurut siswa, maka siswa
akan tekun, rajin, antusias menerima
pelajaran yang diberikan, sehingga
diharapkan akan terjadi peribahan tingkah
laku pada siswa baik tutur katanya, sopan
santunnya, motorik dan gaya hidup.
6. Media
Pengajaran yang baik perlu ditunjang oleh
pengunaan media pengajaran. Berkenaan
dengan media pengajaran ada yang
mengartikan secara sempit, terbatas pada
alat bantu pengajaran atau alat peraga.
Tapi ada pula yang mengartikan secara luas
termasuk juga sumber-sumber belajar selain
buku, jurnal, adalah perpustakaan,
laboratorium, kebun sekolah, dan
sebagainya.
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sampai bentuk akuntabilitas
penyelengaraan pendidikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan ( UU Sisdiknas
2003, pasal 57 ). Sedangkan evaluasi hasil
belajar peserta didik untuk membantu
aktivitas, kemajuan dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara
berkesinambungan ( pasal 58 ).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Proses Belajar Mengajar
Pelaksanaan proses belajar mengajar
selayaknya berpegang pada apa yang
tergantung dalam perencanaan
pembelajaran. Selanjutnya diterbitkan oleh
Depdiknas ( 2004 : 6 ) tentang factor-faktor
yang mempengaruhi PBM tersebut antara
lain :
Factor guru, pada faktor ini yang perlu
mendapat perhatian adalah
keterampilan mengajar, metode yang
tepat dalam mengelola tahapan
pembelajaran. Didalam intraksi
belajar mengajar guru harus memiliki
keterampilan mengajar, mengelola
tahapan pembelajaran,
memanfaatkan metode, mengunakan
media dan mengalokasikan waktu
yang untuk mengkomunikasikan
tindakan mengajarnya demi
tercapainya tujuan pembelajaran di
sekolah.
Faktor siswa, siswa adalah subyek
yang belajar atau yang disebut
pembelajar. Pada faktor siswa yang
harus diperhatikan adalah
karakteristik umum maupun khusus,
karateristik umum dari siswa adalah
usia yang dikategorikan kedalam
Usia anak-anak yaitu usia pra
sekolah dasar ( 4- 11 tahun);
Usia sekolah lanjutan pertama
( 12-14 tahun ) atau usia
pubertas dari setiap siswa;
Usia sekolah lanjutan atas
( 15-17 tahun ) atau usia
mencari identitas diri. Adapun
karakteristik siswa secara
khusus dapat dilihat dapat
dilihat dari berbagai sudut
antara lain dari sudut lain, dari
sudut gaya belajar yang
mencakup belajar dengan
mengunakan visual,, dengan
cara mendengar (auditorial)
dan dengan cara bergerak atau
kinestetik ( Suprayekti, 2004 :
11 ),
Faktor kurikulum, kurikulum
merupakan pedoman bagi guru dan
siswa dalam mengkoordinasikan
tujuan dan isi pelajaran. Pada faktor
ini yang menjadi titik perhatian
adalah bagai mana merealialisasikan
komponen metode dengan evaluasi,
Faktor lingkungan, lingkungan
didalam intraksi belajar mengajar
merupakan konteks terjadinya
pengalaman belajar.
Hakekat Proses Belajar Mengajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan ,
kegiatan belajar mengajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti
bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian
pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar mengajar
dirancang dan dijalankan secara
professional.
Setiap kegiatan proses belajar mengajar
selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu
guru dan siswa. Guru sebagai pengajar
merupakan pencipta kondisi belajar siswa
yang didesain secara sengaja, sistematis
dan bersikenbambungan. Sedangkan anak
sebagai subyek pembelajaran merupakan
pihak yang menikmati kondisi belajar yang
diciptakan guru. Perpaduan dari kedua
unsur manusiawi ini melahirkan intraksi
edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar
sebagai mediumnya. Pada kegiatan belajar,
keduanya (guru-murid) saling
mempengaruhi dan member masukan.
Karna itulah kegiatan belajar mengajar
harus merupakan aktivitas yang hidup, sarat
nilai dan senantiasa memiliki tujuan.
Rumusan belajar mengajar tradisional selalu
menempatkan anak didik sebagai obyek
pembelajaran dan guru sebagai subyeknya.
Rumusan seperti ini membawa konsekuensi
terhadap kurang bermaknanya kedudukan
anak dalam proses pembelajaran,
sedangkan guru menjadi faktor yang
dominan dalam keseluruhan proses belajar
mengajar. Pelaksanaan Proses Belajar
Mengajar
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya dibawah
ini Ya !!
1 Response to "Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar, Pengertian,
komponen, Kakekat, dan Faktor"
thresia wahyuni December 24, 2012
at 3:22 PM
inovasi pendidikan perlu sosialisasi lebih
luas, untuk meningkatkan kualitas
pendidikan

Sumber: http://www.sarjanaku.com/2012/09/pelaksanaan-proses-belajar-mengajar.html?m=1

Senin, 10 Juni 2013

Membantah Tuduhan Rasulullah “Fedofilia” Aisyah Ra Menikah di Usia 19 Tahun

Kita selama ini mendapatkan informasi
bahwa Rasulullah SAW telah melamar
Aisyah RA ketika berumur 6 tahun dan
berumah tangga ketika berusia 9 tahun.
Selama ini pula, kaum orientalis dan
kafir pembenci Islam kerap mengolok
Nabi Muhammad seorang pedofilia
karena mengawini Aisyah, bocah
perempuan berusia sembilan tahun.
Namun, ejekan itu kini terbantahkan.
Menjawab pertanyaan benar atau tidak
masalah ini, melalui studi kritis terhadap
hadits, Maulana Habibur Rahman
Siddiqui Al-Kandahlawi menemukan
informasi baru. Dalam bukunya Umur
Aisyah, menegaskan Rasulullah SAW
berumah tangga dengan Aisyah Ra saat
Aisyah Ra berusia 19 tahun.
Jadi, bagaimana cerita runutnya?!
Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-
Kandahlawi adalah seorang ahli hadits
dari India. Ia lahir tahun 1924 M,
putera ulama hadits terkenal Mufti
Isyfaq Rahman. Ayahnya ini pernah jadi
mufti besar Bhopal India.
Adapun yang menjadi dasar kesimpulan
tersebut adalah riwayat yang
menunjukkan beda usia Aisyah r.a
dengan kakaknya Asma, sekitar 10
tahun. Riwayat ini ada di kitab Siyar
A’lamal Nubala karangan Al Zahabi.
Sedangkan Asma meninggal di usia 100
tahun pada tahun 73 H (diriwayatkan
Ibnu Kathir dan Ibnu Hajar). Artinya,
Asma lahir tahun 27 Sebelum Hijrah dan
Aisyah lahir tahun 17 Sebelum Hijrah.
Sementara itu, para ahli sejarah sepakat
bahwa pernikahan Rasulullah SAW
dengan Aisyah ra, terjadi pada sekitar
tahun 2 H. Berarti Aisyah ra berumah
tangga dengan Rasulullah SAW pada usia
19 tahun.
Mudah-mudahan dengan berita ini,
tidak ada lagi berita-berita miring yang
dialamatkan kepada Rasulullah SAW atas
pernikahannya dengan Siti Aisyah. Kalau
umur 19 tahun di masa itu, sepertinya
sudah layak dianggap dewasa. Secara
emosional dan psikologis, umur 19
tahun juga sudah bukan umur anak-
anak lagi.
Catatan : Sebagai tambahan dalil…
1. Siti Aisyah Ra. berkata :
“Saya seorang gadis muda (jariyah
dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-
Qamar diturunkan (Sahih Bukhari,
kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu
Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa
amarr)…
Untuk dipahami, gadis muda (jariah),
adalah mereka yang telah berusia antara
6-13 tahun.
Jika Surat al Qamar, diturunkan pada
tahun ke 8 (delapan) sebelum hijriyah
(The Bounteous Koran, M.M. Khatib,
1985), berarti usia Aisyah ra. saat
menikah antara 16-23 tahun…
Syekh Muhammad Sayyid At-Thanthawy
berpendapat, Surat al Qamar diturunkan
pada tahun ke 5 (lima) sebelum hijriah.
Jikapun pendapat ini, kita jadikan
patokan (dasar), maka akan diperoleh
keterangan usia Aisyah ra. saat beliau
menikah, antara 13-20 tahun.
2. Berdasarkan Sirah An-Nabawiyah
(Ibnu Hisyam, 1/245-262.), dakwah
secara siriyyah, yang dilakukan
Rasulullah sekitar kurang lebih 3 tahun
dan sampai orang Islam berjumlah 40
orang. Sejarah mencatat, Aisyah Ra.
adalah orang ke-19 yang menerima
Islam, ini berarti beliau masuk Islam
pada masa dakwah disampaikan secara
siriyyah (sembunyi-sembunyi).
Jika Aisyah Ra. pada tahun 2H saat ia
menikah, baru berumur 9 tahun. Maka
di masa dakwah secara siriyyah,
berdasarkan perhitungan tahun,
kemungkinan beliau belum lahir.
Bagaimana anak yang belum lahir, bisa
bersyahadat ?
3. Mari kita pahami hadits berikut :
Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Bukair telah
menceritakan kepada kami Al Laits
dari ‘Uqail berkata, Ibnu Syihab
maka dia mengabarkan keada saya
‘Urwah bin Az Zubair bahwa
‘Aisyah radliallahu ‘anha isteri Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata; “Aku belum lagi baligh
ketika bapakku sudah memeluk
Islam”.
Dan berkata, Abu Shalih telah
menceritakan kepada saya
‘Abdullah dari Yunus dari Az
Zuhriy berkata, telah
mengabarkan kepada saya ‘Urwah
bin Az Zubair bahwa ‘Aisyah
radliallahu ‘anha berkata; “ Aku
belum lagi baligh ketika bapakku
sudah memeluk Islam dan tidak
berlalu satu haripun melainkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam datang menemui kami di
sepanjang hari baik pagi ataupun
petang. Ketika Kaum Muslimin
mendapat ujian, Abu Bakar keluar
berhijrah menuju Habasyah
(Ethiopia) hingga ketika sampai di
Barkal Ghomad dia didatangi oleh
Ibnu Ad-Daghinah seorang kepala
suku seraya berkata; “Kamu
hendak kemana, wahai Abu
Bakar?” Maka Abu Bakar
menjawab: “Kaumku telah
mengusirku maka aku ingin
keliling dunia agar aku bisa
beribadah kepada Tuhanku”.
Ibnu Ad-Daghinah berkata:
“Seharusnya orang seperti anda
tidak patut keluar dan tidap patut
pula diusir karena anda termasuk
orang yang bekerja untuk mereka
yang tidak berpunya,
menyambung silaturahim,
menanggung orang-orang yang
lemah, menjamu tamu dan selalu
menolong di jalan kebenaran.
Maka aku akan menjadi pelindung
anda untuk itu kembalilah dan
sembahlah Tuhanmu di negeri
kelahiranmu.
Maka Ibnu Ad-Daghinah bersiap-
siap dan kembali bersama Abu
Bakar lalu berjalan di hadapan
Kafir Quraisy seraya berkata,
kepada mereka: “Sesungguhnya
orang sepeti Abu Bakar tidak
patut keluar dan tidak patut pula
diusir. Apakah kalian mengusir
orang yang suka bekerja untuk
mereka yang tidak berpunya,
menyambung silaturahim,
menanggung orang-orang yang
lemah, menjamu tamu dan selalu
menolong di jalan kebenaran?”
Akhirnya orang-orang Quraisy
menerima perlindungan Ibnu Ad-
Daghinah dan mereka
memberikan keamanan kepada
Abu Bakar lalu berkata, kepada
Ibnu Ad-Daghinah:
“Perintahkanlah Abu Bakar agar
beribadah menyembah Tuhannya
di rumahnya saja dan shalat serta
membaca Al Qur’an sesukanya
dan dia jangan mengganggu kami
dengan kegiatannya itu dan
jangan mengeraskannya karena
kami telah khawatir akan
menimbulkan fitnah terhadap
anak-anak dan isteri-isteri kami”.
Maka Ibnu Ad-Daghinah
menyampaikan hal ini kepada Abu
Bakar. Maka Abu Bakar mulai
beribadah di rumahnya dan tidak
mengeraskan shalat bacaan Al
Qur’an diluar rumahnya.
Kemudian Abu Bakar membangun
tempat shalat di halaman
rumahnya sedikit melebar keluar
dimana dia shalat disana dan
membaca Al Qur’an. Lalu istrei-
isteri dan anak-anak Kaum
Musyrikin berkumpul disana
dengan penuh keheranan dan
menanti selesainya Abu Bakar
beribadah. Dan sebagaimana
diketahui Abu Bakar adalah
seorang yang suka menangis yang
tidak sanggup menahan air
matanya ketika membaca Al
Qur’an.
Maka kemudian kagetlah para
pembesar Quraisy dari kalangan
Musyrikin yang akhirnya mereka
memanggil Ibnu Ad-Daghinah ke
hadapan mereka dan berkata,
kepadanya: “Sesungguhnya kami
telah memberikan perlindungan
kepada Abu Bakr agar dia
mberibadah di rumahnya namun
dia melanggar hal tersebut dengan
membangun tempat shalat di
halaman rumahnya serta
mengeraskan shalat dan bacaan
padahal kami khawatir hal itu
akan dapat mempengaruhi isteri-
isteri dan anak-anak kami dan
ternyata benar-benar terjadi. Jika
dia suka untuk tetap beribadah di
rumahnya silakan namun jika dia
menolak dan tetap menampakkan
ibadahnya itu mintalah kepadanya
agar dia mengembalikan
perlindungan anda karena kami
tidak suka bila kamu melanggar
perjanjian dan kami tidak setuju
bersepakat dengan Abu Bakar”.
Berkata, ‘Aisyah radliallahu ‘anha:
Maka Ibnu Ad-Daghinah menemui
Abu Bakar dan berkata: “Kamu
telah mengetahui perjanjian yang
kamu buat, maka apakah kamu
tetap memeliharanya atau
mengembalikan perlindunganku
kepadaku karena aku tidak suka
bila orang-orang Arab mendengar
bahwa aku telah melanggar
perjanjian hanya karena
seseorang yang telah aku berjanji
kepadanya”. Maka Abu Bakar
berkata: “Aku kembalikan
jaminanmu kepadamu dan aku
ridho hanya dengan perlindungan
Allah dan RasulNya shallallahu
‘alaihi wasallam. Kejadian ini
adalah di Makkah.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sungguh aku
telah ditampakkan negeri tempat
hijrah kalian dan aku melihat
negeri yang subur ditumbuhi
dengan pepohonan kurma
diantara dua bukit yang kokoh.
Maka berhijrahlah orang yang
berhijrah menuju Madinah ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan hal itu.
Dan kembali pula berdatangan ke
Madinah sebagian dari mereka
yang pernah hijrah ke Habasyah
sementara Abu Bakar telah
bersiap-siap pula untuk berhijrah.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata, kepadanya:
“Janganlah kamu tergesa-gesa
karena aku berharap aku akan
diizinkan (untuk berhijrah) “ . Abu
Bakar berkata: “Sungguh demi
bapakku tanggungannya, apakah
benar Tuan mengharapkan itu?”
Beliau bersabda: “Ya benar”. Maka
Abu Bakar berharap dalam dirinya
bahwa dia benar-benar dapat
mendampingi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
berhijrah. Maka dia memberi
makan dua hewan tunggangan
yang dimilikinya dengan dedaunan
Samur selama empat bulan.
sumber : Hadits Bukhari No.2134
Dilansir Bikyamasr.com, Sabtu
(8/12), Ulama Pakistan, Hakim Niyaz
Ahmad, dalam bukunya
terbarunya Kebenaran Usia Aisyah,
juga menegaskan hal yang sama bahwa
Aisyah telah berumur 19 tahun ketika
menikah dengan Rasulullah.
"Kebanyakan sumber, terutama Abu
Naim al-Isfahani, mengatakan Asma 27
tahun ketika pindah ke Madinah.
Artinya, Aisyah saat itu setidaknya
berusia 17 tahun," tulis Hakim Niyaz,
Sabtu (8/12).
Asma merupakan kakak dari Aisyah.
Fakta ini sekaligus menggugurkan hadis-
hadis yang menyebut Aisyah menikah
dengan Nabi Muhammad ketika berusia
9 tahun, seperti diriwayatkan Hisyam
Urwa.
Menurut Ulama Pakistan ini, penuturan
Hisyam tidak bisa lagi dipercaya karena
ketika itu dia sudah berusia 84 tahun.
Kebanyakan dari sumber hadis Hisyam
sudah meninggal sehingga sulit buat
membuktikan ucapannya itu.
Dari hasil penelusuran pelbagai
dokumen agama dan sejarah, Hakim
menyimpulkan Aisyah memang sudah
menginjak usia siap menikah. Dia
menjelaskan sebelum menikah dengan
nabi, Aisyah sudah bertunangan dengan
Jubair bin Mutam. Keluarga calon
mempelai lelaki itu kemudian tidak
terima setelah calon menantu mereka
masuk Islam (mualaf).
Sang ayah, Abu Bakar, lantas berunding
dengan keluarga Jubair. Dia ingin
memutus ikatan pertunangan antara
Aisyah Ra dan Jubair. Perundingan
berjalan baik, Aisyah dan Jubair putus
hubungan. Selepas itu, baru Nabi
Muhammad melamar Aisyah.
Cobalah perhatikan tulisan yang dicetak
tebal, pada hadits shahih di atas:
‘Aisyah radliallahu‘anha
berkata; “Aku belum
lagi baligh ketika
bapakku sudah
memeluk Islam…
Hal ini bermakna ketika Abu Bakar ra.
masuk Islam, Aisyah ra. sudah lahir.
Berdasarkan catatan sejarah, Abu Bakar
ra. masuk Islam pada tahun-1 Kenabian
(tahun ke-10 Sebelum Hijriah).
Dan jika pada saat itu Aisyah ra. baru
berusia 7-8 tahun, maka saat beliau
berumah tangga dengan Rasulullah,
Maka Aisyah ra. telah berusia 19-20
tahun.

Sumber: yasirmaster.blogspot.com

Minggu, 09 Juni 2013

Sejarah Kabupaten Hulu Sungai Selatan

1. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa Penjajahan Belanda,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah
bagian dari “Afdeling Van Hoeloe
Soengai” yang berkedudukan di
Kandangan. Afdeling Van Hoeloe
Soengai terdiri dari (lima) onder
afdeling
Onder Afdeling
Tandjung
Onder Afdeling
Amoentai
Onder Afdeling Barabai
Onder Afdeling
Kandangan
Onder Afdeling Rantau
Afdeling Van Hoeloe Soengai merupakan
kesatuan wilayah yang sekarang disebut
Hulu Sungai atau Banua Anam
2. Masa Penjajahan Jepang
Pemerintah bala tentara Jepang tetap
mempertahankan pembagian wilayah di
hulu sungai seperti pada masa
penjajahan Belanda, hanya sebutannya
yang diubah kedalam bahasa Jepang.
Afdeling Van Hoeloe Soengai diganti
dengan Hoeloe Soengai Ken dan
Pejabatnya disebut Hoeloe Soengai Ken
Reken. Onder Afdeling diganti menjadi
Bunken Pejabatnya disebut Bunken Ken
Riken
3. Masa Kemerdekaan
Setelah Proklamasi
Kemerdekaan 17
Agustus 1945 Wilayah
Indonesia dibagi
menjadi 8 Provinsi,
sesuai Sidang Kabinet
Pertama tanggal 2
September 1945 salah
satu Provinsi adalah
Provinsi Borneo
ibukotanya
Banjarmasin, sebagai
Gubernurnya adalah Ir.
Pangeran Moehammad
Noor
Tahun 1946 dengan
Stb. Nomor 64
Pemerintah Hindia
Belanda (yang waktu itu
tidak mengakui
kemerdekaan
Indonesia) membagi
Borneo (Kalimantan)
menjadi 3 karesidenan,
yaitu Residentie Zuld
Borneo, Residentie Oost
Borneo dan Residentie
West Borneo. Afdeling
Van Hoeloe Soengai
adalah bagian dari
Residentie Zuld Borneo
Rakyat Kalimantan terus
berjuang
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia,
puncaknya perjuangan
rakyat melahirkan
Proklamasi Gubernur
Tentara ALRI Divisi IV
Pertahanan Kalimantan
17 Mei 1949 di Desa
Ni’ih yang
ditandatangani oleh
Bapak Gerilya
Kalimantan dan
Pahlawan Nasional kita
H. Hassan Basry, isi
Proklamasi tersebut
antara lain menyatakan
bahwa Kalimantan
Selatan merupakan
bagian yang tak
terpisahkan dari
Wilayah Republik
Indonesia
Pada 27 Desember
1949 terjadi pengakuan
Pemerintah Hindia
Belanda terhadap
Kedaulatan Bangsa dan
Negara Indonesia. Sejak
itu dibentuklah Negara
Republik Indonesia
Serikat (RIS). Dengan
berdirinya Negara RIS
maka bubarlah Dewan
Banjar yang dibentuk
Belanda, tapi Daerah
Banjar dan Van Hoeloe
soengai tetap berdiri
sendiri
Pada Bulan April 1950
DR Murdjani diangkat
sebagai Gubernur
Kalimantan. Kemuadian
karena UU 22 Tahun
1948 tentang
Pemerintahan Daerah
belum dapat
sepenuhnya
dilaksanakan, maka
untuk sementara
melalui Keputusan
Menteri Dalam Negeri
tanggal 29 Juni 1950
Nomor C 17 / 15
wilayah Kalimantan
dibagi menjadi 6
Kabupaten Administratif
dan 3 Swapraja. Salah
satu diantaranya
Afdeling Van Hoeloe
Soengai dibentuk
menjadi Kabupaten
Hulu Sungai dangan
ibukota Kandangan
Pembagian wilayah
administratif tersebut
tidak memuaskan rakyat
karena yang diinginkan
adalah terbentuknya
Kabupaten Otonomi
sesuai UU 22 Tahun
1948. Untuk itu sebagai
langkah darurat
Gubernur Kalimantan
mengeluarkan
Keputusan tanggal 14
Agustus 1950 Nomor
186/OPB/92/14 yang
menetapkan peraturan
sementara tentang
pembagian daerah-
daerah otonom
Kabupaten dan daerah-
daerah otonom
setingkat Kabupaten.
Kabupaten Hulu Sungai
Selatan yang semula
bersifat administratif
menjadi Kabupaten
Otonom. Keadaan ini
terus berlangsung
meskipun tanggal 17
Agustus 1950 terjadi
perubahan
ketatanegaraan dari
Negara RIS menjadi
Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Pada tanggal 2
Desember 1950
Gubernur Kalimantan
melantik Syarkawi
sebagai pejabat pertama
Bupati Hulu Sungai.
Selanjutnya dibentuk
pula Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah
Sementara (DPRDS)
yang berjumlah 36
orang, diketuai Djantera
dan wakilnya Basuni
Taufik. Dari 36 anggota
DPRDS tersebut dipilih
secara berimbang 5
orang menjadi anggota
Dewan Pemerintah
Daerah Sementara
(DPDS), yaitu H.
Murham, H. Darham
Hidayat, Abdul
Hamidhan, Basjuria dan
Hasbullah yang
ditetapkan dalam sidang
DPRDS tanggal 9
Desember 1950
Pada tanggal 16
Nopember 1951
dengan Keputusan
Menteri Dalam Negeri
Nomor Pemb. 20 / 1 /
47 Kabupaten Hulu
Sungai dimekarkan
menjadi 2, yaitu :
Kabupaten Kandangan
dengan ibukotanya
Kandangan meliputi
Kewedanaan Tapin,
Amandit, Nagara dan
Barabai, sedang
Kabupaten Amuntai
dengan ibukotanya
Amuntai, meliputi
Kawedanaan Alabio,
Amuntai, Balangan dan
Tabalong, jabatan
Kepala Daerah
Kabupaten Kandangan
tetap Syarkawi
Dengan UU Darurat No.
3 Tahun 1953
(Lembaran Negara
Tahun 1953 No. 9)
Wilayah Provinsi
Kalimantan dibentuk 13
Kabupaten Otonom, 2
Kota Besar dan 3
Daerah Istimewa Tingkat
II. Berdasarkan Undang
– Undang itu Kabupaten
Kandangan dibentuk
(diubah) namanya jadi
Kabupaten Hulu Sungai
Selatan dengan
ibukotanya Kandangan
Dengan berlakunya UU
No. 1 Tahun 1957
tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara
Tahun 1957 No. 6),
Kabupaten Hulu Sungai
Selatan harusnya
menjadi Daerah
Swatantra Tingkat II
(Daswati II) Hulu Sungai
Selatan, tapi karena
dalam masa peralihan
dimana waktu itu
dikenal adanya
Pemerintah Peralihan,
maka Kabupaten Hulu
Sungai Selatan diberi
nama Dewan
Pemerintah Daerah
Peralihan Tingkat II
Hulu Sungai Selatan
Penetapan Presiden No.
6 Tahun 1959 tentang
Pemerintah Daerah dan
Penetapan Presiden No.
5 Tahun 1960 tentang
DPRD GR dan
Sekretariat Daerah,
menggabungkan tugas
pemerintah umum di
daerah dengan tugas
pemerintah daerah
ditangan seorang Kepala
Daerah. Istilah Daerah
Swatantra Tingkat II
Hulu Sungai Selatan
menjadi Daerah Tingkat
II Hulu Sungai Selatan

Sumber: http://yasirmaster.blogspot.com/2013/05/

Sabtu, 08 Juni 2013

Menyelami Dunia Anak, Bukan Menyeret Mereka ke Dunia orang Dewasa

“Ada seorang anak dari Kota Madinah
mengambil tangan Rasulullah saw. dan
beliau tidak menarik tangannya sampai
anak itu puas membawa tangan beliau
sekehendak hatinya” ( H.R. Ibnu Majah ).
Penekanan redaksi hadits pada kalimat
“beliau tidak menarik tangannya sampai
anak itu puas membawa tangan beliau
sekehendak hatinya” menurut penulis
merupakan pesan tersirat bagaimana Nabi
Muhammad tidak menafikkan
kecenderungan sifat anak-anak yang selalu
ingin bermain, meskipun beliau memiliki
kepentingan untuk mengajarkan adab atau
praktik ibadah lainnya.
Pada kisah lain, Nabi Muhammad menahan
sujud lebih lama karena kedua cucu
kesayangannya, Hasan dan Husain,
menaikki punggungnya pada saat beliau
sedang shalat. Meskipun nilai ritual shalat
sangat sakral, Nabi tidak ingin merusak
keceriaan kedua cucunya.
Setiap pendidik yang menjadikan Rasulullah
Muhammad saw. sebagai panutan dan
profil komprehensif seorang mahaguru
pendidikan, telah cukup terang-benderang
untuk menyadari bagaimana dunia
pendidikan di Indonesia tidak lagi
“menahan tangannya sampai anak-anak
puas membawanya sekehendak hati”.
Anak-anak Indonesia, utamanya di kota-
kota besar, menjadi kerumunan bocah
yang begitu sibuk luar biasa dan sangat
tergegas menjalani hari-hari mereka yang
penuh beban. Ransel besar “persiapan
masa depan” anak-anak ini penuh sesak
oleh berbagai agenda yang membuat
punggung mereka kian membungkuk.
Privat calistung, tumpukan pekerjaan
rumah, les menyanyi, les karate, jadwal
bermain biola, privat bahasa Inggris, dan
aktivitas belajar lainnya menjadi daftar
panjang kegiatan yang lebih sering terasa
sangat mengungkung dan menyiksa.
Tidak ada yang salah jika anak-anak usia TK
dapat membaca, menulis, dan berhitung,
asalkan caranya sesuai dan patut bagi
anak. Sesuai dengan ritmik dan tugas
perkembangannya. Sayangnya, masih
banyak guru TK kita yang “kurang rasa dan
kurang periksa” dalam melatih kepekaan
sebagai seorang guru. Mengajar anak-anak
membaca, menulis, dan berhitung tanpa
mengindahkan tugas-tugas perkembangan
yang tengah dijalani anak. Mengabaikan
pedagogi, melupakan perkembangan dan
keunikan anak sebagai anak. Anak-anak
dididik melalui konsep yang tidak
menumbuhkan pengalaman yang telah
dikonstruk dan dimiliki masing-masing anak
semenjak ia lahir. Pesan-pesan budaya,
sosio, historis, dinihilkan (D.U Faizah,
2009: 2).
Permasalahan menjadi lebih serius ketika
pengajaran yang tidak sesuai
perkembangan tersebut mengakibatkan
dampak yang berkelanjutan. Anak tidak
hanya menghadapi kesulitan ketika beban
pengajaran mereka terima namun juga
secara massif hal tersebut berakibat pada
kecakapan kognitif mereka.
Apabila diibaratkan, otak anak adalah
sebuah struktur bangunan yang masih
dalam proses konstruksi. Jika saat proses
konstruksi berlangsung bangunan atau
rumah tersebut mulai difungsikan, misalnya
diisi dengan barang-barang atau furniture,
bahkan sebagian ruangnya sudah dihuni,
hampir dapat dipastikan proses
pembangunannya akan terhambat.
Beberapa kasus menunjukkan, pada
penjejalan materi akademik usia anak yang
masih dini justru berakibat pada
penurunan kemampuan intelektualitas
secara bermakna di bangku perguruan
tinggi. Beberapa di antaranya berakhir
tragis karena harus mengalami drop out
(Tauhid Nur Azhar , 2011: 122).
Keprihatinan seputar hal ini sebenarnya
telah muncul di berbagai belahan dunia
sejak seabad lalu. Leo Tolstoy, sastrawan
klasik dunia asal Rusia membuat sebuah
pemberontakan intelektual dengan
mendirikan sebuah sekolah yang menjadi
tempat anak-anak benar-benar
menemukan dunianya pada awal tahun
1850-an.
Pengarang yang namanya menyejarah lewat
novel “Perang dan Damai” dan “Anna
Karenina” itu sangat prihatin dengan
perkembangan institusi sekolah yang
berubah menjadi lembaga yang memenjara
imajinasi bagi anak-anak.
Kecintaannya kepada dunia anak didorong
oleh pemahamannya bahwa kebebasan,
termasuk di dalamnya kebebasan
berimajinasi, dan berekspresi adalah hak
setiap manusia, termasuk anak-anak.
Institusi sekolah, sebagai lembaga
pendidikan dalam keadaan tertentu
seringkali menghilangkan kebebasan anak
dan membelenggu keluasan imajinasi
mereka. Ini yang ditentang Tolstoy. Inilah
yang kemudian mendorongnya
menciptakan sebuah sekolah di mana anak-
anak bisa bebas mengekspresikan masa
kanak-kanaknya sesuai dengan jiwa mereka
(A. Fahrurodji, 2004: 3).
Mengapa Al Qur’an (dan kitab agama lain)
ditaburi begitu banyak kisah masih menjadi
pembahasan. Seolah Kitabullah sedari
pertama turun telah menjawab kebutuhan
metodologi yang tepat dalam penyampaian
ajaran Langit,yakni melalui kisah.
Dunia anak adalah semesta bermain dan
berimajinasi. Jika kita ingin menyampaikan
pesan dan pembelajaran kepada anak,
maka kita semestinya memasuki semesta
mereka dan bukan menarik mereka ke
dunia kita; dunia orang dewasa yang
serbalinier dan (bergaya) masuk akal.
Maka, naskah anak yang baik, semestinya
berusaha mengisi kekosongan itu.
Kekosongan gaya penceritaan yang
memasuki dunia anak, dan bukan menarik
anak ke dunia orang dewasa. Kisah-kisah Al
Qur’an dengan berbagai keajaibannya,
adalah sebuah ruang yang sangat lega bagi
imajinasi anak-anak.
Di dunia yang hanya bisa diselami oleh
anak-anak, cerita anak membagi kisah
kepahlawanan, keharuan, keromantisan,
kesungguhan, dan aneka pembelajaran
hidup lainnya.

Sumber: Tasaro GK

Jumat, 07 Juni 2013

Nomor Induk Siswa Nasional NISN MTs Mathla'ul Anwar Alabio 2013

Berikut kami lampirkan Nomor Induk Siswa Nasional MTs Mathla'ul Anwar Alabio tahun lulus 2013
Download

Sejarah Makam Datu Muhammad Rais

Loknyiur merupakan salah satu anak
desa yang terletak di bagian utara Desa
Bamban Kecamatan Angkinang. Jaraknya
kurang lebih 10 kilometer dari kota
Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu
Sungai Selatan (HSS), Kalimantan
Selatan. Sementara dari jalan raya Trans
Kalimantan sekitar 2 kilometer. Dengan
karakteristik geografis tanah rawa dan
sungai. Sungai terkenal itu bernama
Sungai Martajiwa. Di bantaran sungai
Martajiwa terdapat sebuah makam tua
dengan sebuah nisan tanpa nama. Sejak
nenek moyang dulu tidak tahu pasti
makam siapa itu.
Dengan ketidaktahuan dan
ketidakpastian itu muncul berbagai
cerita tanpa dasar dan alasan yang kuat
untuk menjelaskan keberadaan makam
tersebut. Diantaranya yang pernah
mengemuka menyebutkan makam
tersebut hadirnya bersamaan dengan
datangnya banjir besar di sungai
Martajiwa. Hingga hadirlah makam
tersebut di bantaran sungai itu.
Dulunya di pinggir sungai Martajiwa
tumbuh sebatang beringin besar yang
rindang dengan akarnya melebar di
permukaan tanah. Terlihat sebuah nisan
yang terbuat dari kayu ulin tertancap di
sela-sela akar pohon beringin yang
mengisyaratkan bahwa itu sebuah
makam yang tidak tahu pasti siapa
penghuninya.
Cerita ini bertahun-tahun lamanya dan
hampir terlupakan ditelan masa hingga
pergantian zaman hingga sekarang ini.
Namun kadangkala ada muncul
keanehan atau peristiwa ganjil yang
mengisyaratkan bagi orang yang
tertentu dapat melihat benda asing di
sekitar makam berupa binatang atau
benda hidup lainnya. Seperti buaya
putih, ular putih, kucing putih, dsb.
Konon katanya sampai 41 jenis benda
hidup aneh yang berbeda dengan
kehidupan biasanya.
Penampakan makhluk aneh tersebut
biasanya diiringi dengan hujan lebat dan
angin kencang. Hingga mengakibatkan
banjirnya sungai Martajiwa. Yang aneh
sedalam dan sebanjir apapun juga
sungai Martajiwa mengalirkan airnya,
tetap tidak akan menenggelamkan nisan
yang tertancap di atas makam tersebut.
Pernah terjadi pada empat orang anak
muda Desa Loknyiur pada masa lalu.
Yakni Rusli (Utuh Rulli), Anggur, Basuni,
dan Aini. Keempat anak muda ini sedang
asyik bagarit (berburu). Karena tidak
mendapat binatang buruannya maka
sasaran emosionalnya adalah
menendang dan memukul nisan dari
makam tadi.
Yang menendang adalah Basuni (Asun),
Aini, dan Anggur hanya sedikit
memukul. Sementara Rusli tidak ikut
melakukan hal seperti mereka. Tak lama
kemudian Basuni dan Aini mendapat
musibah dan langsung meninggal dunia.
Sedangkan Anggur menderita penyakit
lemah dan tidak sekuat sebagaimana
masih muda dulu lagi. Sedangkan Rusli
karena tidak ikut melakukan perbuatan
tersebut tidak mendapat dampak dari
perbuatan masa lalu.
Dilain kesempatan ada
seorang anak muda yang iseng dan
nekad mencabut sebuah nisan makam
yang terbuat dari kayu ulin. Lalu
dipotongnya untuk dibuat mainan
gasing. Tidak berapa lama orang yang
nekad mengambil nisan tadi mendapat
musibah meninggal dunia. Atas peristiwa
tadi hingga sekarang makam tersebut
tersisa hanya satu nisan yang masih
utuh tertancap di atas pusaranya.
Sekitar tahun 1999 Desa
Loknyiur kedatangan rombongan tamu
dari Martapura Kabupaten Banjar.
Mereka datang naik mobil taksi Colt
L-300. Rombongan tersebut diterima
langsung oleh Rusli (Utuh Rulli) yang
dianggap sebagai tetuha kampung.
Rombongan itu menanyakan
dimana letak makam keramat. Rusli tidak
pikir panjang lalu menunjuk makam
yang ada di bantaran sungai Martajiwa.
Rombongan minta ijin untuk diantar ke
makam yang pada waktu itu hanya bisa
dicapai dengan naik jukung untuk
sampai ke lokasi makam.
Sesampainya disana
rombongan melakukan ritual dengan
iringan do’a beserta dzikir, tasbih,
tahmid, dan tahlil. Selesai melaksanakan
acara tersebut, para penziarah langsung
minta kembali. “ Mohon dan tolong
makam ini dijaga dan dirawat sebaik-
baiknya karena makam ini termasuk
makam yang diberi keramat oleh Allah
SWT,” ujar para penziarah kepada Rusli
sebelum meninggalkan makam.
Diawal tahun 2002 datang dua
orang yang berasal dari Barabai
Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Salah seorang mengaku sebagai guru
pada salah satu pesantren di Barabai.
Sementara yang satunya lagi mengaku
pensiunan Kepala PU HST. Keduanya
tidak mau menyebutkan nama.
Lantas mereka juga bertanya
kepada Rusli dimana disini ada makam
Datu yang punya keramat. Seperti
semula Rusli menjawab dan menunjuk
makam yang ada di bantaran sungai
Martajiwa. Kedua orang tadi sama
halnya dengan rombongan yang datang
dari Martapura dalam arti bersama-
sama ziarah dengan iringan do’a serta
dzikir, tasbih, tahmid, dan tahlil. Selesai
ziarah kedua orang tersebut langsung
kembali. Sebelum meninggalkan makam
sempat berpesan kepada Rusli mohon
makam itu dijaga dan dirawat sebaik-
baiknya. Karena makam itu diberi
keramat oleh Allah SWT.
Di sekitar makam ada
tersimpan benda bersejarah dan
mempunyai nilai yang tinggi. Orang yang
dimakamkan itu bernama Datu
Muhammad Rais.
Kemudian kedua orang
tersebut sempat mengatakan kepada
Rusli kalau memang mendapat petunjuk
mereka akan datang kembali. Rupanya
mereka berdua mendapat petunjuk, dua
hari kemudian mereka datang lagi
dengan perlengkapan seadanya siap
untuk melakukan penggalian
berdasarkan intuisi, naluri dan mata
hatinya.
Sehingga pada keesokan
harinya, tepat pada jam tujuh pagi
mereka berdua didampingi oleh Rusli
memulai mengerjakan dengan
perhitungan-perhitungan sekitar 5
meter sebelah timur dari nisan tadi
posisi yang harus digali. Dengan penuh
kehati-hatian sekrup dan sundak secara
deras memancar di setiap sudut dan sisi
lobang.
Konon katanya lobang yang
digali tersebut adalah sebuah sumur tua
yang airnya secara turun-temurun tidak
akan pernah kering dan mampu
memberikan makna kehidupan bagi
orang-orang kampung masa lalu. Air
tersebut juga mampu memberikan
kesembuhan dengan berbagai jenis
penyakit yang diderita orang pada saat
itu.
Proses penggalian sudah
dilaksanakan dan terus diupayakan
hingga menghabiskan waktu yang cukup
lama, namun upaya tersebut mendapat
kendala yang cukup berat untuk
dilanjutkan. Mungkin belum dapat ijin
dan restu dari Yang Kuasa sehingga
tidak membuahkan hasil seperti apa
yang mereka harapkan. Akhirnya
terpaksa dihentikan.
Pada tahun 2002 pula, datang
rombongan dengan menggunakan 5
(lima) buah mobil taksi Colt L-300.
Rombongan itu datang secara
terorganisir berlabelkan massa
penziarah makam Wali Songo yang
kebanyakan berasal dari Martapura.
Namun diantaranya ada juga yang
berasal dari Sungai Danau, Tanah
Bumbu.
Tersebutlah yang namanya
Baseri yang asal-usulnya berasal dari
Loknyiur dan bermukim di Sungai
Danau. Ketika rombongan Baseri
berziarah ke Makam Wali Sunan Ampel
di Surabaya, tanpa diduga ada salah
seorang penjaga makam langsung
menyapa dan berucap, “ Hei Saudara !
Kenapa berziarah jauh-jauh datang
kesini dengan banyak menghabiskan
uang dan tenaga. Sementara makam
datu yang ada di kampung kamu sendiri
belum pernah diziarahi.”
Bagai disambar petir tersontak
bathinnya menganalisis kata-kata orang
tersebut. Seraya ia mengucap istighfar
tiga kali. Dilatar belakangi retorika
tersebut munculah ide para penziarah
untuk datang ke Loknyiur sebagai bagian
dari program perjalanan mereka guna
melengkapi pengalaman hiudp dan sisa-
sisa petualangannya. Karena dengan
segudang pengalaman berziarah,
rombongan mereka sempat mengajak
warga masyarakat Loknyiur untuk
bersama-sama melaksanakan haulan
secara kecil-kecilan dalam arti aruh
basalamatan seadanya.
Pada tanggal 7 Oktober 2004
lagi-lagi Loknyiur kedatangan sebanyak
3 (tiga) orang mengaku berasal dari
Palingkau, Kalimantan Tengah. Ketiga
orang tersebut terdiri dari dua orang
perempuan dan satu laki-laki. Kedua
orang perempuan tadi bernama Irus
dan Idah masih dalam satu keturunan
yang sama didampingi laki-laki yang
bernama Hadran dengan panggilan
akrabnya.
Berdasarkan silsilah dari garis
keturunan ketiga orang tersebut,
ternyata juga masih berdarah Loknyiur
yang sekian lama berdiam di kampung
orang. Dari silsilah tersebut, Idah, Inur,
dan Hadran datang membawa kisah
pengalaman hidupnya yang mungkin
orang lain tidak pernah mengalaminya.
Idah menceritakan bahwa ada saudara
kandungnya yang sejak bayi menghilang
(gaib) entah dimana dan siapa yang
membawanya sehingga tidak tahu
dimana rimbanya hingga sekarang ini.
Tapi sewaktu-waktu muncul
menemuinya dengan meminjam raga
Idah dan saudara-saudara kandung
lainnya, diantaranya akhir-akhir ini
mengajak untuk berziarah ke makam
tersebut.

Penulis : Ahmad H

Temenggung Jalil dan Sejarah Perang Banjar

Suatu hari di Benteng Tundakan,
Awayan. Semilir angin pegunungan
seakan menentramkan bumi dari
sengatan matahari yang membakar. Ada
di dalam benteng Tumenggung Jalil,
Pangeran Miradipa, Tumenggung Naro,
Angkawaya (pejuang wanita), bersama-
sama 500 rakyat pejuang. Tundakan
mendapat kehormatan hari itu karena
pemimpin utama rakyat Banjar,
Pangeran Antasari, kebetulan datang
berkunjung.[1] Akan tetapi pada saat
yang sama Tundakan juga kedatangan
“tamu” yang lain. Mereka adalah 200
lebih tentara Belanda di bawah
pimpinan Kapten Van Langen dan
Kapten Van Heyden. Tuan rumah segera
“menjamu” mereka dengan tembakan
gencar dari 30 pucuk lila, beberapa
pucuk bedil dan pamoras, selebihnya
dengan senjata-senjata tradisional.
Pertempuran pun pecah. Letusan
senapan, dentum meriam, dan desing
peluru berpadu dengan erangan korban
yang berjatuhan. Ketika pasukan
Belanda tengah fokus pada perlawanan
sengit dari dalam benteng, tiba-tiba
mereka dikejutkan oleh munculnya
sesosok pejuang dengan sekelompok
pengikutnya yang langsung menerjang
ke barisan mereka. Pejuang itu
mengamuk. Pekik jihadnya seakan
seirama dangan kelebatan parangnya
yang menyambar ke segala arah. Dialah
Tumenggung Jalil. Seperti pertempuran-
pertempuran lain dalam menghadapi
kekuatan pribumi, pada Pertempuran
Tundakan pun pihak Belanda memiliki
persenjataan yang lebih unggul. Namun
mungkin karena konsentrasi mereka
terpecah oleh perlawanan sengit dari
dalam sekaligus dari luar benteng,
pasukan Belanda terpaksa mundur dari
Tundakan.[2] Hanya saja kemenangan
pihak Banjar ini rupanya merupakan
pertempuran terakhir bagi Tumenggung
Jalil. Seusai pertempuran, kawan-kawan
seperjuangannya menemukan jasad sang
tumenggung jauh di luar benteng, ada
di antara tumpukan mayat serdadu
Belanda yang tewas oleh amukannya.
Sesudah luka-lukanya dibersihkan,
mayatnya kemudian dimakamkan secara
rahasia di suatu tempat tidak jauh dari
benteng.[3] Di mata Belanda, Jalil
rupanya dipandang sebagai musuh yang
dosa-dosanya tak terampuni. Untuk itu
mereka memburunya hingga ke liang
kubur. Beberapa tahun setelah
kematiannya, seorang pengkhianat
memberitahukan letak kubur Jalil. Para
kaki tangan Belanda segera
membongkarnya. Jenazah Jalil
“dieksekusi”. Kepalanya diambil untuk
kemudian disimpan di Museum Leiden
Belanda sebagai salah satu piala
kemenangan, simbol kejayaan
kolonialisme masa lalu. Sementara sisa
jasadnya dihancurkan. Gazali Usman lalu
menyebutnya sebagai … “Pejuang
Bangsa yang tak memiliki kubur.”[4]
Pengantar Dalam studi sejarah Banjar,
tokoh Jalil atau Tumenggung Jalil dan
Pemberontakan Banua Lima (gerakan
sosial yang ia pimpin) sebenarnya telah
sering ditulis orang, kendati ia sekedar
diposisikan sebagai tokoh atau tema
“pinggiran” untuk menunjang tema
utama (biasanya tentang Perang Banjar).
Penempatan seperti ini membuat
pemahaman tentang ketokohan dan
peran sejarahnya cenderung terjebak
pada sudut pandang heroisme semata.
Jika mengacu Helius Sjamsuddin, tipe
penulisan “nasionalistik” semacam ini
terlalu simplistis dan akan merugikan
suatu diskusi sejarah yang serius.[5]
Belum ada misalnya, yang
menjadikannya sebagai sebuah
fenomena historis yang terkait erat
dengan nilai-nilai kultural lokal yang
mem-background-nya. Belum ada pula
yang secara khusus mengkaji
Pemberontakan Banua Lima yang
dipimpinnya dari perspektif ilmu sosial,
yaitu dengan menggunakan teori-teori
gerakan sosial. Nah, tulisan ini hendak
mengisi ruang kosong tersebut.
Penyebutan Pemberontakan Banua Lima
sebagai gerakan jaba, untuk
menunjukkannya sebagai sebuah
gerakan dari kaum jaba (golongan
rakyat biasa) dan dipimpin oleh seorang
tokoh jaba bernama Jalil. Sesuai dengan
nama pemimpinnya, gerakan itu dalam
pembahasan ini juga akan disebut
gerakan Jalil. Latar Belakang Sosio Politis
Berdasarkan forklor populer di daerah
ini[6], masyarakat Banjar melacak asal-
usul mereka ke masa legendaris,
Kerajaan Negara Dipa. Pada satu babak
dikisahkan, ketika Ampu Jatmika akan
wafat ia memanggil Ampu Mandastana
dan Lambung Mangkurat. Dalam
sekaratnya penguasa pertama itu
berpesan kepada kedua putranya
tersebut agar jangan menggantikannya
sebagai raja. Sebab bencana dan
malapetaka akan menimpa jika orang
bukan turunan bangsawan seperti
mereka menerima kehormatan sebagai
raja. Ampu Jatmika sendiri yang bergelar
Maharaja di Candi, meski ia yang
membangun Negara Dipa dan berkuasa
di kerajaan itu, tetapi ia meletakkan
kekuasaan tertinggi pada sepasang
patung yang ada di Candi Agung sebagai
wakil dewa. Sedangkan ia hanyalah
bertindak selaku pelaksana saja. “Etika
politik” ini berakar dari konsepsi
Hinduisme sebagai keyakinan yang
dianut pada masa itu. Dihikayatkan,
Ampu Jatmika adalah anak dari Saudagar
Mangkubumi. Dari nama ayahnya itu
dapat diketahui, keluarga pendiri Negara
Dipa ini memang tidak berkasta ksatria
(kaum bangsawan), melainkan berkasta
waisya (golongan pedagang).
Selanjutnya kata Ampu Jatmika, apabila
ia meninggal hendaklah patung di candi
itu dilemparkan ke laut, dan kedua
putranya dititahkan untuk bertapa
sampai menemukan raja manusia yang
ditunjuk dewa. Segera setelah Ampu
Jatmika mangkat, Lambung Mangkurat
dan Ampu Jatmika melaksanakan wasiat
sang ayahanda. Dari pertapaannya di
sebuah pusaran air yang dalam,
Lambung Mangkurat menemukan Putri
Junjung Buih yang kemudian ditahtakan
sebagai raja putri di Negara Dipa. Putri
ini lalu dikawinkan dengan seorang
Pangeran Majapahit bernama Raden
Putra yang kemudian juga ditahtakan
sebagai raja dengan gelar Pangeran
Suryanata. Dari pasangan inilah tercipta
kaum bangsawan Banjar, yang menjadi
raja-raja Negara Dipa berikutnya, dan
raja-raja di Negara Daha, serta Kerajaan
Banjar sebagai kerajaan-kerajaan
lanjutan. Menurut tradisi, kepada
merekalah masyarakat Banjar[7]
meletakkan kesetiaan dan pengabdian
dalam tata hidup berkerajaan. Proses
terbentuknya dinasti raja di atas sejalan
dengan konsep deva raja seperti yang
kerap dikemukakan M.Z. Arifin Anis,
bahwa hanya kaum bangsawan yang
menurunkan raja-raja sebagai wakil
dewa di dunia.[8] Telaah Husni Abar
atas Hikayat Banjar menyimpulkan, sejak
saat itu masyarakat Banjar
terstratifikasikan ke dalam dua
golongan, yaitu golongan tutus (kaum
bangsawan) dan golongan rakyat biasa
(kaum jaba).[9] Anis mengakui,
fenomena ini mirip dengan konsep
kawula gusti di Jawa, di mana
masyarakat terbelah menjadi dua
lapisan, penggede dan wong cilik.
Namun Sejarawan FKIP Unlam ini juga
menunjukkan adanya perbedaaan dalam
penerapannya di Banua. Jika di Jawa hak
memerintah melulu ada pada raja
sebagai pemilik wahyu dan pulung,
maka di daerah ini kedudukan raja lebih
merupakan kedudukan magis religius
(cenderung sebagai simbol semata).
Sementara kekuasaan yang bersifat
profan (tereprentasikan pada jabatan
mangkubumi) merupakan hak orang
jaba yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan yang didukung oleh
pengalaman.[10] Kepeloporan Ampu
Jatmika dan dominannya peran Patih
Mangkubumi Lambung Mangkurat dalam
tata pemerintahan Negara Dipa
memperlihatkan dominasi kaum jaba
dalam kekuasaan duniawi, seperti
pendapat Anis di atas. Sedangkan raja-
raja pada masa itu serupa
kedudukannya dengan sepasang patung
pada saat Ampu Jatmika berkuasa, yaitu
berposisi sebagai wakil dewa yang
melegitimasi kekuasaan manusia (kaum
jaba) di dunia. Tahta dalam konteks ini
lebih merupakan kedudukan religius,
yaitu sebagai sumber legitimasi politik.
Meskipun Kerajaan Banjar yang muncul
pada abad ke-16 adalah Kerajaan Islam,
namun tradisi politik yang diwariskan
dari masa Hindu (Negara Dipa) ternyata
tetap kuat mewarnai proses
pembentukan dan perjalanan kerajaan
baru tersebut. Sampai datangnya masa
Raja Banjar ke-6 Sultan Saidullah, di
mana kedudukan mangkubumi dijabat
paman sultan sendiri[11], peranan kaum
jaba sebenarnya cukup signifikan di
dalam tata pemerintahan. Sama halnya
dengan pembagian kekuasaan pada
masa Negara Dipa, sejak raja pertama
Sultan Suriansyah, jabatan mangkubumi
diberikan kepada seseorang dari
kalangan rakyat biasa (kaum jaba) yang
cakap, mampu dan berdedikasi.[12]
Dalam lingkup lebih sempit, kita akan
berusaha menyingkap pengaruh tradisi
politik ini di dalam gerakan Jalil.
Penindasan Ekonomi Gerakan Jalil adalah
sebuah gerakan rakyat yang muncul
pada pertengahan abad ke-19 di Banua
Lima, sebuah daerah Kerajaan Banjar
yang meliputi daerah Negara, Alabio,
Sungai Banar, Amuntai dan Kelua.[13] Ia
merupakan daerah setingkat provinsi
yang subur tanahnya[14] paling padat
dan makmur penduduknya,[15]
karenanya ia merupakan daerah
pertanian utama dan sumber pajak
terbesar. Idwar Saleh[16] menyebutnya
sebagai gudang padi kerajaan.
Munculnya gerakan Jalil tidak bisa
dilepaskan dari situasi masa itu, di mana
penetrasi politik Belanda yang
berlangsung sejak akhir abad ke-18
semakin menemukan efektifitasnya di
Kerajaan Banjar. Melalui kontrak demi
kontrak yang ditandatangani kedua
pihak, status kerajaan akhirnya tereduksi
menjadi setingkat vasal saja di dalam
sistem pertuanan Belanda. Wilayah
kerajaan yang disebut Tanah Sultan
semakin dipersempit seiring dengan
diperluasnya Tanah Gubernemen
(sebutan untuk bekas wilayah kerajaan
yang diperintah langsung Belanda). Ini
berhubungan dengan meningkatnya
grafik kepentingan ekonomi kolonial,
khususnya sejak ditemukan dan
diproduksinya tambang batubara di
daerah ini. Dengan wilayah yang
semakin terdesak ke pedalaman,
Kerajaan Banjar terpaksa kembali
bercorak agraris seperti masa Negara
Dipa. Padahal beberapa abad
sebelumnya, kerajaan ini dikenal sebagai
negeri maritim. Oleh karena telah
berpaling pada sistem agraris, Kerajaan
Banjar menjadi sangat bersandar pada
sistem pajak untuk menghidupi keraton.
Aneka pajak yang dipungut dari rakyat,
meliputi; pajak kepala, cukai uang
sepersepuluhan, sewa tanah, pajak
perahu, serta pajak penggalian intan dan
emas. Pajak kepala ditarik dari tiap-tiap
keluarga, besarnya tergantung jumlah
anggota keluarga. Untuk penduduk yang
sudah menikah, pajak kepala ditentukan
sebanyak f 4,30 dan bagi yang belum
menikah f 3. Bagi yang hanya mampu
membayar separo, apalagi yang tidak
mampu membayar, harus melakukan
kerja wajib kepada sultan.[17] Dengan
menyempitnya wilayah kekuasaan, maka
berkurang pula sumber penghasilan
keraton. Untuk menutupinya, pihak
kerajaan terpaksa menaikkan pajak dua
kali lipat. Kenaikan itu dimulai pada
masa Sultan Sulaiman (1808-1825) dan
dinaikkan lagi dua kali lipat oleh Sultan
Adam (1826-1857).[18] Oleh karena
bertanah subur dan berpenduduk
padat, maka dengan sendirinya
penduduk Banua Lima lah yang
kebanyakan terkena pajak.[19] Tekanan
pajak yang berat itulah yang
menyebabkan rakyat menjadi sengsara
dan menderita, sehingga pada tahun
1854 sebanyak 150 orang kepala
keluarga dari penduduk Amuntai
menemui Residen van der Ven di
Banjarmasin untuk mengadukan nasib
mereka. Jalil, pemimpin mereka,
memohon agar mereka diijinkan pindah
ke wilayah kekuasaan Belanda, tapi
residen menolaknya.[20] Fenomena ini
menarik dikaji, karena rakyat Banjar–
minimal sebagiannya–ternyata lebih
suka tinggal di wilayah Belanda daripada
di wilayah yang diperintah rajanya
sendiri. Di samping yang telah
disebutkan, aspek lain dari masyarakat
Banua Lima diungkapkan oleh Helius
Sjamsuddin, bahwa selain mayoritas
petani, mereka juga dikenal sebagai
pengrajin (terutama orang Negara) dan
pedagang yang ulet. Mereka umumnya
adalah penganut Islam yang taat. Dari
sudut pandang Belanda, orang-orang
Banua Lima mudah sekali dibangkitkan
untuk berontak, terutama jika
perlawanan dikaitkan dengan fanatisme
Islam. Di samping itu, penduduk di sini
memiliki ikatan kultural yang kuat
dengan kerajaan. Bahkan, jauh sesudah
Kerajaan Banjar dihapus Belanda
(1860), tempat ini masih dipandang
sebagai “tanah subur” bagi kaum royalis
yang mempropagandakan legitimitas
untuk merestorasi kerajaan tersebut.
[21] Selama bertahun-tahun terdapat
perasaan frustasi di kalangan rakyat
Banua Lima terhadap kepala daerah
mereka, Kiyai Adipati Danuraja, karena
tindak kesewenang-wenangan dan
penghisapan.[22] Namun
kepemimpinannya ditopang legitimitas
politik yang kuat, karena ia adalah
kerabat istana. Ayahnya adalah
penduduk kelahiran Amuntai yang
karena berjasa pada kerajaan, maka
sultan memberinya gelar pembakal
sehingga terkenal sebagai Pembakal
Karim.[23] Dari hasil perkawinannya
dengan saudari Nyai Ratu Komala Sari
(Permaisuri Sultan Adam), pembakal itu
memiliki dua orang anak, Jenal (Zainal?)
dan Aluh Arijah. Sebagai ipar sultan,
Pembakal Karim juga diberi gelar Kiyai
Ngabehi Jaya Negara, sedangkan sebagai
kemenakan sultan, ‘Zainal’ diberi gelar
Kiyai Adipati Danureja. Kedua anak
beranak ini diberi tugas oleh sultan
mengatur pemerintahan Banua Lima,
tetapi pemerintahan mereka tidak
disenangi rakyat karena sifatnya yang
sewenang-wenang. Danureja
mengorganisir perampokan lada dan
perbudakan di daerah Pasir. Dalam
menjalankan kekuasaan, ia juga
memberlakukan hukuman mati kepada
terdakwa, padahal menurut aturan yang
berlaku: “sembarang orang baik radja2
(para penguasa lokal) tiada boleh sekali
mengerdja orang hukum mati meski
bagaimana dia punya kesalahan
melainkan sultan sendiri jang boleh
mengerdja hukum mati di atas orang
jang sampai hukumannya…”[24](bold
oleh penulis). Oleh Danureja dan
keluarganya, tanah-tanah pribadi milik
penduduk dapat diambil sesuka hati dan
ia juga kerap menetapkan denda-denda
yang tak adil serta berat sekali. Kepada
petani dinaikkannya pajak kepala
sebanyak dua kali lipat yang dibayar dua
kali setahun.[25] Di samping itu ia juga
menyewa para penjahat untuk
membunuh musuh-musuhnya.
Walaupun jabatan Kiyai Adipati bukan
jabatan pusat, namun perlu diingat,
siapapun yang memerintah Banua Lima
berarti ia memegang “daerah terbasah”
seantero negeri. Bagi kerajaan, daerah
subur yang padat penduduk itu memiliki
arti penting sebagai penyumbang pajak
terbesar. Sebagai kerabat raja, tak
seorang pun yang berani menyentuh
Danureja. Satu-satunya orang yang
berani melawan Danureja adalah
sepupunya sendiri yang bernama Jalil.
[26] Ia seorang jaba, bukan turunan
bangsawan. Lahir sekitar tahun 1820 di
kampung Palimbangan, Amuntai.[27]
Sejak kecil Jalil dikenal pemberani dan
pendekar ilmu silat.[28] Meski
bersepupu dengan Danureja, Jalil adalah
bagian dari rakyat Banua Lima yang
menjadi korban kesewenangannya. Ia
begitu mendendam Danureja karena
ayahnya dihukum mati oleh penguasa
lokal itu, padahal seperti telah disebut,
hukuman semacam itu hanya boleh
dilakukan (hak prerogatif) sultan.
Pemberontakan Pecah Sementara itu di
Istana Banjar terjadi faksionalisme,
terutama antara kubu Pangeran Hidayat
melawan kubu Pangeran Tamjid,
sehubungan dengan penentuan calon
pengganti Sultan Adam. Salah satu asfek
politik dari Kontrak 1826 yang
ditandatangani Sultan Adam sendiri
menyebutkan, soal pergantian tahta
kerajaan harus dikonsultasikan dengan
Pemerintah Belanda: “Kapan datang
suatu masa hukum Alloh Sri Paduka
Sultan meninggalkan melainkan siapa
jang sudah kesukaan geburmin djadi
pangiran ratu lantas berdiri djadi
mengganti dia punja kedudukan Sultan
itu pegang keradjaan dan habis djadi
Sultan baru menundjuk dia punja
kesukaan akan pangiran2 jang djadi
ganti kedudukan pangiran ratu maka
tuan Sultan mesti dahulu minta
kesukaan kepada orang besar di Betawi
baru tuan Sultan itu turut adat
bagaimana dahulu2 mendjadikan nama
pangiran ratu itu serta diwartakan
kepada orang2 semuanja.”[29] Kondisi
ini memungkinkan Belanda melakukan
campur tangan sesuai dengan
kepentingan mereka. Malapetaka terjadi
ketika Sultan Adam wafat tahun 1857,
Belanda mengangkat Pangeran Tamjid
sebagai raja yang baru, meski almarhum
sultan melalui surat wasiatnya lebih
memilih Pangeran Hidayat. Dinamika
politik istana ini tak berpengaruh banyak
terhadap karir Danureja. Selaku pengikut
sultan, posisinya tetap kokoh di puncak
kekuasaan Banua Lima. Terlebih lagi
sultan baru ternyata juga melakukan
penindasan terhadap rakyat di sana.
Sesuai tradisi, penduduk Alabio, Sungai
Banar, dan Kelua setiap tahun
diwajibkan mengirim dua ratus orang
penduduknya untuk menjadi Pasukan
Pengawal Sultan.[30] Namun sejak
Tamjid naik tahta, mereka tak pernah
lagi mendapat bantuan makanan dan
imbalan atas tugas ini seperti masa
sebelumnya. Keberatan-keberatan
mereka tak dihiraukan sultan.[31] Pada
sisi lain, wafatnya Sultan Adam yang
dihormati rakyat itu, sedikit banyaknya
memberi dampak pada rakyat Banua
Lima. Jika sebelumnya mereka
cenderung menghindar (seperti niat
pindah mereka ke wilayah Belanda
tahun 1854) dari penindasan Danureja,
ini mungkin terkait dengan rasa hormat
tersebut. Namun dengan kematian
sultan tua, mereka seakan tak lagi
melihat tembok tebal yang selama ini
dijadikan Danureja sebagai “tameng”
atas segala kesewenang-wenangannya.
Tidak heran apabila sejak itu pergerakan
rakyat di daerah ini mulai dijangkiti
gejala radikalisme. Pada bulan Juli 1858
serangkaian kerusuhan pecah di Banua
Lima.[32] Jalil dan pengikutnya menolak
membayar pajak kepala yang ditarik
Danureja pada bulan September. Kasus
ini segera dilaporkan Danureja kepada
sultan di Banjarmasin. Oleh sultan, Jalil
dipanggil sampai dua kali, tapi ia tak
pernah menggubrisnya. Ayah Danureja,
Kiyai Ngabehi Jaya Negara, mengancam
akan menggunakan kekerasan bila pajak
itu tidak dibayar. Ancaman ini dijawab
Jalil dan pengikutnya dengan memagari
rumah-rumah mereka sebagai benteng
pertahanan. Seorang bernama Kuncir
menghadap sultan dan menyatakan
sanggup menangkap dan membawa Jalil
hidup atau mati. Setelah diijinkan,
Kuncir segera berangkat ke Amuntai
bersama enam orang Panakawan. Tapi
justru mereka yang kemudian mati
dalam perkelahian melawan Jalil dan
pengikutnya. Kiyai Adipati Danureja
kemudian dengan 2000 orang pasukan
berangkat ke Batang Balangan untuk
menghukum Jalil yang dipandang sebagai
pemberontak kerajaan. Namun ekspedisi
ini terpaksa dibatalkan karena dilarang
Residen di Banjarmasin. Residen
memandang tindakan semacam itu
menyalahi Perjanjian 1826 yang di
antaranya ada menyebutkan,
pemberontakan dalam negeri adalah
kewenangan Belanda untuk
menumpasnya[33]. “Geburmin
Nederland berdjandji akan menolong
dengan dia punja alat sama Sri Paduka
Sultan barangkali ada suatu masa orang
mana2 baik orang lain2 negeri jang mau
mengerdja djahat sama Sri Paduka
Sultan….”[34] Gerakan Jalil di Tengah
Intrik Politik Istana Frustasi menghadapi
Pemberontakan Banua Lima, sultan
akhirnya memerintahkan Pangeran
Hidayat yang saat itu telah diangkat
selaku mangkubumi untuk
menyelesaikan kasus tersebut.
Sesampainya di Amuntai, mangkubumi
bermalam di rumah Jalil dan menerima
pengaduan rakyat tentang Danureja
selama ini. Untuk itu Hidayat
berkeputusan memecat Danureja dan
kemudian mengangkat Jalil selaku mantri
mangkubumi dengan gelar Kiyai Adipati
Anom Dinding Raja, dan kepadanya
diberi simbol-simbol kebangsawanan
berupa pedang dan tombak berlilit.
Atribut mantri ini diperkuat sebuah
surat perintah agar ia bertindak atas
nama mangkubumi, serta diberi pula
sebuah cap mangkubumi. Manuver
politik Hidayat di atas jelas dapat dibaca
sebagai upaya menaikkan posisi
tawarnya di dalam intrik politik melawan
Sultan Tamjid yang didukung Belanda.
Hidayat selaku mangkubumi memang
mempunyai hak eksekutif untuk
mengambil tindakan semacam itu di
dalam proses berkerajaan.[35] Di pihak
Jalil, pengangkatannya selaku mantri
mangkubumi dengan sendirinya
membuat gerakan yang dipimpinnya
terlegitimasikan. Ia dan pengikutnya
yang sebelumnya diidentifikasi sebagai
pemberontak, kini muncul menjadi
kekuatan resmi. Seiring dengan jatuhnya
kendali pemerintahan Banua Lima ke
tangannya, pengaruhnya pun meluas,
bahkan menembus batas-batas Banua
Lima. Pada permulaan Maret 1859
penduduk daerah Para sampai Banua
Belimbing, dan penduduk Balangan
sampai Tabalong mengakui kekuasaan
Jalil selaku mantri mangkubumi. Dengan
bertambah kuatnya kedudukan Jalil yang
merepresentasikan kekuasaan
mangkubumi, maka pengaruh sultan
pun habis sama sekali di daerah ini.[36]
Tersingkirnya Hidayat dari tahta ternyata
tidak menghentikan persaingannya
dengan Sultan Tamjid, dan ini
terefleksikan pada gerakan Jalil.
Sebelumnya gerakan ini sangat bercorak
lokal dengan penguasa Banua Lima
sebagai sasaran, namun dengan
keterlibatan Hidayat di dalamnya,
gerakan rakyat itu mulai dijangkiti ide-
ide revolusioner terhadap kedudukan
sultan sendiri. Terbukti, beberapa bulan
sesudah pecahnya Perang Banjar (28
April 1859), para ulama dan rakyat
Amuntai (peserta gerakan Jalil)
menobatkan Pangeran Hidayat sebagai
Raja Banjar dengan gelar Sultan
Hidayatullah Halilullah, sesuai wasiat
Sultan Adam.[37] Gerakan Jalil Dalam
Perang Banjar Seperti halnya potensi
rakyat Banjar lain pada awal tahun
1859, gerakan Jalil pun akhirnya ikut
terseret ke dalam huru-hara terbesar di
Kalimantan waktu itu, yakni Perang
Banjar. Adalah Pangeran Antasari yang
berperan dalam mengitegrasikan
gerakan rakyat Banua Lima ke dalam
front pribumi versus Belanda. Tidak
diketahui pasti, kapan sebenarnya
Antasari datang ke daerah subur ini.
Namun terdapat keterangan ketika pada
27 Maret 1859 Sultan Tamjid
mengancam akan menangkap pangeran
itu karena ia dicurigai telah
bersekongkol dengan Aling, pemimpin
rakyat Muning (Tapin), untuk
memberontak kepada sultan. Ancaman
itu dibalas Antasari dengan jawaban
menantang seraya terus mematangkan
persiapan perang bersama Aling. Baru
setelah ini ia berangkat ke Banua Lima
untuk menemui Jalil di Amuntai guna
mendapatkan dukungannya.[38]
Apapun halnya, Antasari rupanya
berhasil membawa Jalil dan pengikutnya
kepada akar permasalahan. Bahwa,
segala penindasan yang selama ini
mereka terima dari penguasa lokal,
sesungguhnya tidak lepas dari politik
kolonialisme Belanda di Banua Banjar.
Semakin sempitnya wilayah kerajaan
yang terus digerogoti Belanda
menyebabkan para penguasa lokal tak
punya pilihan lain kecuali
mengeksploitasi rakyatnya sendiri, demi
eksistensi dan prestise keraton.
Pemahaman akan hal ini dengan
sendirinya menumbuhkan kesadaran
nasionalistik di dalam gerakan Jalil yang
sosialistik. Lalu pena sejarah pun rajin
menuliskan kepahlawanannya. Bersama
Antasari, Jalil berusaha menutup Banua
Lima sebagai lumbung padi kerajaan,
sehingga barang pangan tak bisa masuk
ke Banjarmasin dan Marabahan, dua
tempat di mana terdapat pusat
pemerintahan kolonial. Petugas-petugas
cukai sultan diusir, sehingga pajak lalu
lintas barang dari Margasari dan negara
jatuh ke tangan mereka.[39] Mungkin
karena inilah pada 13 April 1859 sultan
melaporkan kepada Residen Von
Bentheim, bahwa Jalil telah menahan
delapan orang barisan-nya.[40] Dua
hari setelah itu, tanggal 15 April, dalam
suratnya yang sangat rahasia ke Batavia,
residen diantaranya melaporkan, bahwa
semua pemasukan dari tempat-tempat
pemungutan pajak di Tanah Sultan telah
diambil alih oleh para pemberontak.[41]
Kemungkinan masih atas instruksi
Antasari ketika Jalil dikabarkan, bahwa ia
mengusahakan kepala Dusun Hulu
Tumenggung Surapati, penduduk
Marabahan, dan Sultan Pasir Pangeran
Kesuma, agar memihak kepadanya.[42]
Tentang kenapa harus Jalil yang
mengemban tugas ini, mungkin karena
ia dianggap memiliki akses ke daerah
Dayak tersebut. Sebab, seperti yang
dilaporkan H.G. Maks, Jalil memiliki
hubungan keluarga dengan Pembakal
Sulil, salah seorang kepala dari Tanah
Dayak dan Dusun. Idwar Saleh
menyebut hubungan Jalil dan Sulil
adalah ipar.[43] Khusus dalam kaitan
perang, Jalil memang terkesan lebih
dekat dengan Antasari, bahkan terdapat
petunjuk ia mati sebagai “martir”
pangeran itu. Namun kedekatannya
dengan Hidayat tetap terjaga. “Sultan”
itu bahkan sempat memberinya lagi
gelar Tumenggung Macan Negara[44],
sebuah gelar monumental bagi Jalil.
Sebab, sejak itu ia lebih dikenang
sebagai Tumenggung Jalil. Jalil adalah
Pejuang Banjar yang menjadikan sungai,
hutan dan gunung di daerah Amuntai,
Tabalong, dan Balangan sebagai medan
gerilya yang sukar ditaklukkan musuh. Ia
bahkan sempat memberi Belanda
kekalahan dalam beberapa
pertempuran. Namun setelah kurang
lebih tiga tahun mengarungi masa
perjuangannya nan heroik, Jalil akhirnya
harus tunduk pada “takdir sejarah”
bahwa ia berada pada pihak yang kalah.
Pejuang jaba ini (sebagaimana tergambar
pada awal makalah) gugur pada tanggal
24 September 1861 ketika
mempertahankan Benteng Tundakan di
Awayan dari serbuan serdadu Belanda.
[45] Gerakan Jalil Dalam Persfektif
Gerakan Sosial Pada sebuah tulisannya,
Yusliani Noor menyatakan empat
komponen yang lazim sebagai pemicu
gerakan, antara lain; Struktur Ekonomi
Politik, Kepemimpinan, Ideologi, dan
Basis Massa.[46] Kita akan
menggunakan empat komponen ini
untuk menguak karakteristik gerakan
Jalil sebagai sebuah gerakan sosial. 1.
Struktur Ekonomi Politik Jika kembali ke
penjelasan di muka, dapat diketahui
pada abad ke-19 Kerajaan Banjar telah
berorientasi ke sistem pertanian, karena
kemaritimannya telah dirampas Belanda.
Kontrak 1826 dan 1846 berdampak
pada kaum bangsawan. Kian
menyempitnya wilayah kerajaan karena
diambil Belanda menyebabkan tanah-
tanah perkebunan (apanase) mereka
jadi berkurang. Obyek penderita
akhirnya jatuh pada petani[47] melalui
pelipatgandaan pajak yang dikenakan
pada mereka. Pada kondisi di atas,
terasa relevan apa yang dinyatakan
Bambang Subiyakto, bahwa pada tahap
historisnya muncul resistensi masyarakat
pedesaan yang merupakan menifestasi
rasa “keterjajahan” rakyat oleh penguasa
asing.[48] Dalam konteks gerakan Jalil,
jika pun pada awalnya pihak Belanda
justru hendak dituju sebagai tempat
menghindar atau berlindung dari
beratnya beban pajak dan penindasan
penguasa lokal, sebenarnya itu hanyalah
persoalan waktu. Ketika hakikat
kolonialisme telah disadari sebagai akar
permasalahan yang menimpa mereka,
maka muncullah gerakan Jalil dalam
wajah antagonisnya terhadap penguasa
asing tersebut. 2. Kepemimpinan Dalam
sebuah gerakan sosial, faktor
kepemimpinan memainkan peranan yang
sangat menonjol. Sebagai pemimpin
rakyat yang tinggal di pedalaman, Jalil
oleh M.Z. Arifin Anis dikatagorikan
sebagai salah seorang elit tandingan.
Kemunculan elit tandingan menurut Anis
seiring dengan merosotnya elit istana
[49] dan melemahnya kelas elit ini
dalam pandangan Paige menjadi sebab
pecahnya sebuah revolusi.[50] Sejalan
dengan merosotnya elit istana yang
terepsentasikan pada Sultan Tamjid dan
Danureja, maka kedudukan elit
tandingan semakin kokoh sebagai
patron baru bagi rakyat. Kredibilitas
mereka salah satunya ditunjukkan dalam
kemampuannya berolah kanuragan[51]
atau dalam term lokal disebut
kajagauan. Kajagauan Jalil sebagai satu-
satunya orang yang berani melawan
penindasan Kiyai Adipati Danureja jelas
menemukan ruang kosong di hati rakyat
Banua Lima yang tidak berdaya oleh
penindasan itu. Tidak heran apabila ia
kemudian muncul sebagai pemimpin
dengan pengikut yang banyak dari
kalangan mereka. Sementara itu,
penobatan Hidayat sebagai sultan oleh
gerakan Jalil tentu dapat dikatagorikan
sebagai sebuah revolusi dari kelas
bawah (jaba), dan penyebabnya tidak
lain adalah karena melemahnya kelas elit
(Sultan Tamjid) sebagaimana pendapat
Paige di atas. 3. Ideologi Asfek penting
lain di dalam sebuah gerakan sosial
adalah ideologi. Mengingat gerakan Jalil
muncul pada era kolonialisme Belanda,
maka kita dengan mudah menemukan
gejala navitisme sebagi ideologi gerakan
itu. Sebab, gejala navitisme menurut
Sartono Kartodirdjo hanya muncul pada
masa penjajahan sebagai reaksi terhadap
kekuasaan kulit putih.[52] Navitisme
sendiri adalah bentuk dari pengsakralan
gerakan perlawanan untuk kembali ke
tradisi. Ini terjadi ketika hegemoni politik
dan kebudayaan asing dirasa
mengancam identitas pribumi yang
terbungkus di dalam tradisi, di samping
telah menimbulkan kemelaratan dan
degradasi. Pada gerakan Jalil,
perlawanan terhadap Belanda
sesungguhnya dapat pula dibaca sebagai
upaya penegakkan kembali tradisi itu.
Ini terlihat dari proses penobatan
Hidayat sebagai sultan oleh rakyat Banua
Lima. Dalam hal ini mereka seakan
mengabaikan realitas politik, bahwa
Kerajaan Banjar masa itu telah menjadi
“milik” Belanda.[53] Dalam “kondisi
normal” proses suksesi itu seharusnya
melibatkan bangsa Barat itu untuk
dikonsultasikan. Namun sebagai bentuk
perlawanan, melalui peristiwa tersebut
rakyat Banua Lima seakan ingin
meromantiskan masa lalu mereka, ketika
kehidupan istana masih steril dari
campur tangan asing. Seiring dengan
dinobatkannya Hidayat, ibukota kerajaan
dipindahkan ke Amuntai, suatu tempat
yang kebetulan dahulunya adalah pusat
Negara Dipa, cikal bakal Kerajaan Banjar.
Berpindahnya istana dari Martapura ke
Amuntai seakan menunjukkan
“pulangnya” Kerajaan Banjar ke masa
lalu, ke pangkuan “ibu” yang
melahirkannya. Kuatnya nuansa
kemasalaluan di atas, memperlihatkan
adanya gejala navitisme di dalam
gerakan Jalil. 4. Basis Massa Gerakan Jalil
tumbuh di Banua Lima, daerah
pertanian utama kerajaan. Fakta ini
membuat kita dapat menduga, bahwa
seperti umumnya sebuah gerakan sosial,
gerakan Jalil pun berbasiskan petani di
pedesaan. Faktor penyebab utama dari
bangkitnya gerakan itu adalah beratnya
beban pajak yang dikenakan kepada
para petani. Dengan ditambah
kesewenangan kepala daerah mereka,
maka semakin lengkaplah alasan petani
Banua Lima memilih jalan
pemberontakan sebagai saluran protes
mereka. Petani, kata Joel S. Migdal, yang
sering digambarkan sebagai masyarakat
yang melulu bekerja di sawah, apatis,
fatalistik, mendahulukan keluarga
ketimbang kepentingan ekonomi, dan
tidak mempunyai orientasi ke depan,
sekonyong-konyong melakukan aksi
protes, pemberontakan, sehingga
mengejutkan dunia luar.[54] Fenomena
ini menurut M.Z. Arifin Anis dapat
memperlihatkan, bahwa petani ternyata
turut memainkan peranan penting
dalam transformasi sosial dan politik,
serta cukup potensial untuk membangun
suatu perubahan secara radikal.[55] Jika
dikaitkan dengan gerakan Jalil, pendapat
Anis di atas barangkali dapat dibuktikan
dengan beberapa hasil gerakan, seperti
terdepaknya Danureja dari konstelasi
politik Banua Lima, tidak efektifnya
kekuasaan Sultan Tamjid di wilayah itu,
serta terancamnya kebutuhan pangan
Belanda dengan pemblokiran Banua
Lima sebagai lumbung padi kerajaan.
Namun kemenangan terpenting dari
sudut pandang adat dan tradisi adalah
dengan ternobatkannya Pangeran
Hidayat sebagai sultan oleh rakyat.
Dalam hal ini, rakyat yang telah kenyang
oleh penderitaan itu terjelma menjadi
sebuah ancaman potensial bagi
eksistensi Belanda sebagai pemegang
otoritas politik untuk urusan semacam
itu. Gerakan Jalil Dalam Lanskap Tradisi
Seperti telah terurai sebelumnya, dalam
proses pelegitimasiannya, gerakan Jalil
diwarnai oleh adanya interaksi Jalil
selaku pemimpin gerakan dengan
Pangeran Hidayat, seorang pangeran
yang tersingkir dari tahta kerajaan.
Hubungan mereka merefleksikan
interaksi dua golongan yang selalu ada
di dalam tradisi politik masyarakat
Banjar, yaitu antara kaum jaba dengan
kaum bangsawan. Tradisi ini bermula
ketika Ampu Jatmika membuat sepasang
patung di Candi Agung yang dianggap
sebagai wakil dewa di dunia untuk
melegitimasi kekuasaannya di Negara
Dipa. Sesudah penguasa pertama ini
meninggal, posisi sepasang patung itu
digantikan oleh pasangan Putri Junjung
Buih dan Pangeran Suryanata sebagai
sumber legitimasi politik bagi Patih
Lambung Mangkurat. Dari keturunan
pasangan raja itulah tercipta kaum
bangsawan Banjar yang kemudian
terdikotomi dengan kaum jaba selaku
golongan rakyat biasa. Hubungan kedua
golongan itu bersifat vertikal, antara
yang diabdi dengan pengabdi. Dalam
kaitan ini, gerakan Jalil sebetulnya
bukanlah kasus unik dalam sejarah
Banjar. Pada abad ke-16 ketika kerajaan
Negara Dipa telah digantikan Negara
Daha, saat itu di Banjarmasih, sebuah
kampung di daerah pesisir tumbuh
sebuah gerakan yang juga dipelopori
oleh kaum jaba. Serupa dengan gerakan
Jalil, kemunculan gerakan itupun
disebabkan oleh adanya penindasan
ekonomi berupa pupuan (upeti) yang
dilakukan elit kerajaan. Terkisah dalam
forklor populer, Patih Masih sebagai
kepala Banjarmasih berhasil menggalang
kekuatan bersama empat kepala suku
Ngaju yang mendiami empat kampung
yang berdekatan dengan Banjarmasih.
Mereka yang tergabung dalam front
pesisir ini bersepakat untuk bangkit
melawan Negara Daha yang berada di
pedalaman. Perlawanan perlu dilakukan,
sebab menurut Patih Masih: “daripada
kita masih menjadi desa senantiasa kana
sarah dangan pupuan maantarakan
kahulu…” Untuk melegitimasi gerakan
itu, Patih Masih cs kemudian
menghubungi Pangeran Samudra,
seorang pangeran yang tersingkir dari
tahta Negara Daha. Ini tergambar dari
sambungan ucapan sang patih: “…hangir
kita barbuat raja (membuat kerajaan
baru) kalau ia ini (Pangeran Samudra)
yang saparti chabar orang itu cucu
Maharaja Sukarama yang diwasiatkannya
manjadi raja.” Singkatnya, gerakan Patih
Masih yang kemudian dibantu
Kesultanan Demak berhasil merevolusi
Kerajaan Hindu Daha menjadi Kerajaan
Islam Banjar dengan Banjarmasih (kelak
disebut Banjarmasin) sebagai ibukota.
Sesuai wasiat kakeknya, Pangeran
Samudra kemudian dinobatkan sebagai
raja dengan gelar Sultan Suriansyah.
Seperti terbentuknya Negara Dipa,
terbentuknya Kerajaan Banjar pun
ternyata dipelopori oleh kaum jaba.
Sementara Pangeran Samudra yang
merepresentasikan kaum bangsawan
berposisi sebagai pelegitimasi atas
kerajaan baru tersebut. Sama halnya
dengan Lambung Mangkurat, Patih
Masih juga berkedudukan selaku
mangkubumi kerajaan. Kurang lebih tiga
abad berikutnya, pola interaksi semacam
itu kembali terlihat dalam gerakan Jalil,
di mana Jalil tampil sebagai wakil kaum
jaba, dan di pihak bangsawan tampil
Pangeran Hidayat. Senasib dengan
Pangeran Samudra, Hidayat pun adalah
seorang pangeran yang tersingkir dari
tahta. Jika gerakan Patih Masih
terlegitimasi ketika berhubungan dengan
Pangeran Samudra, hal itu pun terjadi
pada gerakan Jalil ketika ia berhubungan
dengan Pangeran Hidayat. Serupa pula
dengan Pangeran Samudra yang
dinobatkan sesuai wasiat kakeknya
(Maharaja Sukarama), Hidayat pun
dinobatkan berdasarkan wasiat kakeknya
(Sultan Adam). Satu hal yang cukup
menonjol dari proses “berkerajaan” di
dalam gerakan Jalil adalah dominannya
peranan kaum jaba. Sebenarnya selain
Hidayat selaku sultan, ada lagi elit
bangsawan yang menduduki kedudukan
penting, yakni Pangeran Wira Kesuma
sebagai mangkubumi[56], namun peran
tokoh ini seperti tenggelam oleh
dominasi Jalil, si jaba yang hanya
menjabat Kiyai Adipati.[57] Dominannya
peranan kaum jaba ini sesungguhnya
hanya ada pada Kerajaan Banjar pada
masa awal dan menemukan idealisasinya
pada zaman legendaris Negara Dipa.
Tidak heran jika kita menemukan
banyak kesamaan antara gerakan Jalil
dengan gerakan Patih Masih seperti
tergambar di atas. Meski kedua gerakan
ini dipisahkan oleh rentang waktu yang
sangat panjang, namun keduanya diikat
oleh tradisi politik yang sama, yaitu
tradisi Negara Dipa. Namun demikian,
tidak seperti gerakan Patih Masih yang
sanggup melestarikan hasil revolusinya
selama berabad-abad, gerakan Jalil gagal
dalam hal yang sama. Kegagalan itu
terutama disebabkan oleh berubahnya
realitas politik di tengah masyarakat
Banjar. Patih Masih berhasil dengan
gerakannya, karena pada masa ia hidup
sumber legitimasi politik masih berada
di tangan kaum bangsawan. Sedangkan
pada masa Jalil, legitimasi itu ternyata
harus pula dicari dari sumber baru,
yaitu Pemerintah Belanda. Penguasa
kolonial ini sejak akhir abad ke-18
berhasil secara resmi menempatkan diri
sebagai “kaum ketiga” di dalam
“stratifikasi politis” masyarakat Banjar.
Ketika tak ada restu dari “kaum ketiga”
ini terhadap gerakan Jalil, maka buyarlah
segala cita-cita gerakan. Kedudukan
kaum bangsawan pada masa itu rupa-
rupanya tak lagi sakti sebagai “wakil
dewa” di dunia, sehingga fungsinya
sebagai sumber legitimasi politik tak lagi
ampuh di dalam realitas. Memang,
realitas baru pada masa itu sudah
terlanjur rapuh untuk menjadi pondasi
bagi tegaknya tradisi lama

Sumber: Norpikriadi