Dewasa ini wilayah distrik ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Suku Banjar yang mendiami wilayah bekas distrik ini disebut Orang Alabio (Urang Halabiu'). Alabio sangat terkenal dengan itik alabio, yang terkenal sampai mancanegara, terutama Malaysia. Orang-orang Alabio sejak dahulu terkenal sebagai para pedagang sukses. Sampai sekarang di wilayah Kalsel terdapat istilah ma-halabiu, sebuah istilah yang mengarah pada salah satu kehebatan orang Alabio dalam merangkai kata.
Kawasan Danau Panggang yang termasuk kawasan Aalabio merupakan bekas pusat Kerajaan Kuripan. (wikipedia)
Selain itu ada pula yang mencoba mengulas asal mula nama Alabio.
Memang lidah orang Indonesia paling antik di seluruh jagad. Banyak kata-kata asing yang dipermak seolah-olah merupakan bahasa asli Indonesia. Kebanyakan hal ini dilakukan oleh orang Jawa. Salah satunya adalah ’Stoping here’ menjadi ’Setop pinggir’, yang makna kedua kata di atas sama. Tetapi disini akan saya ceritakan sedikit salah ucap, salah dengar ataupun memenag lidah yang istimewa dari orang luar Jawa, khususnya orang Banjarmasin (nenek moyangnya)
Pembaca tentu pernah mendengar itik Alabio? Itu lho, itik petelur dari Kalimantan Selatan. Konon, dahulu Gubernur Jenderal Raffles yang suka berpetualang itu datang ke Banjarmasin. Bersantai menyusuri sungai-sungai yang banyak terdapat di sana.
Setelah sampai di hulu, melihat itik yang diusahakan rakyat. Bodynya besar, montok dan lagi bulunya mengkilap hijau-hijauan. Kalau dibanding dengan itik-itik yang pernah dilihat, itik dari hulu sungai itu melebihi segala-galanya. Maka karena sangat tertarik dan kagum, Raffles berteriak ”I love you… I love you…” Rakyat mendengar ucapan itu, dan mengira itik yang mereka pelihara termasuk jenis itik I love you.
Seperti yang disinggung di atas, entah karena salah ucap, salah dengar ataupun lidah rakyat setempat yang tak dapat menyebut persis, maka I love you berubah menjadi ALABIO. Akhirnya dari waktu ke waktu dan sampai sekarang, itik dari hulu sungai itu dinamakan itik ALABIO. (lihat http://husnimuarif.wordpress.com/2009/08/16/asal-nama-%E2%80%9Calabio%E2%80%9D/ )
Alabio merupakan wilayah yang kondisi alamnya amasih relatif terjaga. dengan itik alabio sebagai ikonnya
Ternak khas dari kabupaten hulu sungai utara ini sudah masyur
sampai nasional sebagai salah satu itik paling bandel dan mudah
dipelihara.
Itik alabio disebut demikian karena di
kecamatan alabio lah tempat perdagangan itik ini diselenggarakan secara
besar-besaran. Kecamatan yang terletak hanya 10 Km dari Amuntai, ibu
kota kabupaten ini.
Itik alabio rupanya telah dijadikan ikon dari
kabupaten Hulu sungai Utara, sebuah patung besar itik Alabio ini pun
telah di bangun dikota amuntai , siapa yang tidak pernah mendengar kota
amuntai?..tentu saja di Indonesia ini masih banyak yang tidak tahu
tentang kota amuntai.
Amuntai, demikian kabupaten ini lebih
dikenal dari nama ibukotanya, sangat sering masuk televisi di dalam
acara jalan-jalan, karena wilayahnya yang unik dan mempunyai banyak hal
unik-unik, diantaranya adalah itik alabio, burung balibis, dan kerbau
rawa. Daerah amuntai juga terdapat situs sejarah, berupa candi disebut
candi agung sebagai peninggalan kerajaan Dipa yang masih bernuansa
Hindu-Budha.
Daerah amuntai ini juga terletak tepat di
tengah-tengah kalimantan bagian tenggara, jika menuju ke selatan melalu
sungai besar maka kita akan menembus sungai barito dan memasuki
banjarmasin, begitu pula dengan jalan darat. Untuk menuju wilayah utara
kalimantan tengah seperti tamiyang layang, buntok, muara teweh, dan
puruk cahu kita dapat menggunakan sungai maupun darat. Begitu pula jika
kita ingin menuju ke kalimantan timur, tidak terlalu jauh maka kita akan
menemukan tapal batas kalimantan timur dan kita bisa menuju ke daerah
Penajam Pasir dan kota balikpapan.
Daerah ini terletak hampir 200 Km arah utara dari kota banjarmasin,daerah ini unik karena terletak ditengah rawa-rawa, sekian
lamadaerah ini dianggap dan dilihat sebagai wilayah yang tidak menarik,
seolah hanya sebuah rawa-rawa tidak berguna dan tidak mempunyai sesuatu
selain rawa-rawa itu sendiri, bahkan hal ini tercermin dari
masyarakatnya sendiri yang tidak banyak mengetahui tentang seluk beluk
wilayahnya sendiri, bahkan pemerintah daerahnya pun bisa diduga tidak
tahu banyak tentang hal-hal unik daerah sendiri. (saya terlihat sok tahu
ya) hehehe saya bercanda saja.
Namun oke lah kalau begitu, itu bukan urusan
penulis saat ini, tapi penulis akan mengulas sesuatu yang lain hal-hal
unik yang bisa kita temui di wilayah amuntai ini, selain itik, balibis,
kerbau rawa, atau candi agung tentunya.
1. Kampung-kampung Lama Banjar di Alabio.
“Engkau harus pergi jauh, agar engkau bisa
tahu tentang kampung halamanmu sendiri”, mungkin itu peribahasa yang
tepat untuk wilayah ini.
Tidak banyak yang tahu bahwa alabio merupakan
sebuah wilayah Tua, tertulis dalam catatan tua di kerajaan banjar
dahulu, seperti juga daerah Kalua, Nagara, dan margasari.
Topograpi wilayah alabio adalah bersungai
besar dan mempunyai anak-anak sungai yang banyak serta dikelilingi oleh
rawa-rawa. Dahulu transportasi di wilayah ini menggunakan perahu, dan
sekarang meskipun transportasi darat sudah mulai banyak digunakan tapi
perahu-perahu besar dan kecil tetap tidak bisa ditinggalkan dan tetap
harus di gunakan.
Selain itiknya, atau burung Balibisnya,
Alabio juga terkenal dengan budaya tuturnya yang jenaka yang penuh
dengan permainan logika kata yang menarik, maka terkenal lah sebuah
anekdot “maalabio”, jika anda berada diwarung-warung minum di Alabio
maka bersiaplah anda untuk tertawa terbahak-tabak ketika anda menemui
orang yang berbicara jenaka, kejenakan itu biasanya timbul secara tidak
sengaja dan tidak dibuat-buat. “maalabio” sudah menjadi ikon orang
banjar yang jenaka dimana-mana.
Selanjutnya, orang-orang alabio juga sangat
terkenal dengan jiwa dagangnya, orang alabio juga terkenal sebagai china
banjar, karena sifat dagangnya yang ulet seunit orang-orang china, kita
akan sangat susah menemukan pedagang china di wilayah amuntai, karena
mereka selalu kalah bersaing dengan orang-orang alabio ini.
Nah karakter berdagang ini lah yang membuat
orang alabio mempunyai tradisi merantau yang kuat, diseluruh kalimantan
Selatan, kalimantan Tengah, dan kalimantan Timur kita akan menemukan
bos-bos besar pedagang yang mempunyai darah alabio, dipasar-pasar
diseluruh kabupaten di tiga provisinsi ini kita juga bisa menemukan
orang alabio. Selain itu kita juga dapat menemukan mereka dipasar-pasar
di kota-kota besar di surabaya, jakarta, bahkan makasar.
Dari sedari dulu, Alabio juga terkenal dengan
sifat relegi keislamannya yang kuat. Di sinilah dulu pusat-pusat
pendidikan islam berada, banyak orang dari daerah hulu sungai sebelum
pergi mengaji ke mekkah, terlebih dahulu memperdalam ilmu keagamaan di
alabio. Didaerah ini juga terdapat mesjid tua, yang menjadi bukti bahwa
wilayah ini menjadi salah satu daerah pertama yang di islamkan.
Tidak banyak yang tahu, bahwa tersebarnya
Muhammadiyah di kalimantan dimulai oleh orang alabio yang sering pergi
berdagang ke surabaya, kemudian dari alabio lah Muhammadiyah tersebar ke
seluruh kalimantan dibawa oleh orang-orang alabio.
Hal yang unik juga, di alabio dahulu
pertentangan antara kelompok Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama juga sangat
keras disini, sampai-sampai disebut sebagai wilayah paling keras
pertentangannya di Indonesia. Jika anda seorang Muhammadiya maka
bisa-bisa lamaran anda kepada seoran gadis Nahdatul Ulama akan di tolak
keluarganya, dan begitu juga sebaliknya. (itu dulu sih, sekarang mungkin
tidak lagi), Di alabio juga terdapat sebuah pesantren Milik Muhammadiyah.
Jika anda adalah orang yang menyukai
perkampungan-perkampungan budaya dan bernilai sejarah, jika anda adalah
orang yang sangat ingin tahu tahu bagaimana perkampungan orang banjar
yang asli, maka anda harus datang ke alabio, menurut saya wilayah ini
seharusnya di jadikan cagar budaya.
Anda harus naik perahu, dan minta lah
berkeliling menyusuri perkampungan-perkampungan alabio di sungai-sungai
kecilnya, maka anda pasti terkesima melihat rumah-rumah besar berumur
puluhan bahkan ratusan tahun yang masih utuh berdiri di sepanjang
pinggiran sungai-sungai kecil di alabio.
Rumah-rumah besar yang tua ini masih berdiri
dikarenakan adanya pemeliharaan yang dilakukan para pewarisnya,
kebanyakan rumah-rumah besar itu memang dimiliki para perantau alabio,
meskipun mereka tinggal di kota-kota dan daerah lain, tetapi mereka
mempercayakan pemeliharaan rumah mereka kepada kerabat mereka. Dalam
moment-moment tertentu keluarga-keluarga perantau tersebut akan pulang
dan bersilaturahmi, seperti pada saat-saat hari Raya idul fitri.
Anda tidak akan menukan perkampungan banjar
yang seperti ini lagi diwilayah lain, meski dibanjarmasin atau
martapura. Percayalah kepada saya.
2. Perkampungan di tengah rawa-rawa di Paminggir
Sudah diterangkan diawal bahwa
wilayah amuntai ini dikelilingi oleh rawa-rawa, wilayah itu jika di
musim hujan akan terjadi banjir dan seluruh wilayahpun akan terlihat
seperti lautan.
Nah, siapa sangka di tengah-tengah lautan
rawa air tawar ini kita bisa menemui perkampungan-perkampungan dengan
penduduk yang banyak, bahkan sampai-sampai pemerintah daerah membuatkan
rumah sakit disana.
Dikecamatan paminggir lah kita bisa menemukan
wilayah unik seperti ini, sudah ribuan tahun daerah ini ditinggali
manusia, dan saya sendiri juga tidak bisa membayangkan tinggal
ditengah-tengah rawa yang sangat luas ini. Bagaimana dengan anda?
Kita harus menggunakan kapal untuk dapat
mencapai wilayah ini, pelabuhan kecil terdapat di kecamatan danau
panggang, beberapa kilometer arah selatan alabio, dan kita pun juga
harus menggunakan perahu-perahu untuk mencapai desa-desa disana. Unik
kan?..
Ada lagi yang lebih menarik, yaitu
rumah-rumah lanting yang lantainya terbuat dari bambu, mereka hidup
mengembara di tengah-tengah rawa-rawa, menuruti arah angin. Perkampungan
lanting ini juga terdapat di wilayah rawa di barabai.
3. Menjangan besar, bekantan, Burung baruh, Buaya Kuning.
Siapa yang pernah melihat rusa sebesar sapi
dengan kijangnya yang besar menjulang?..semua pasti pernah melihat di
televisi, tapi kalau melihat lansung dengan mata sendiri, mungkin hanya
beberapa orang saja.
Tapi kan kijang biasanya ada di hutan, di gunung, amuntai ini tidak punya hutan atau gunung, hanya ada rawa-rawa bukan?..
ehh tunggu dulu, jangan salah ya..meski pun
wilayah amuntai ini wilayah rawa-rawa tapi bukan berarti tidak punya
hutan, amuntai tentu saja punya hutan, hutan rawa namanya..berada
dipedalaman rawa-rawa itu, dan pohon-pohonnya dulu besar-besar dan
lebat, besar seperti drum dan lebat hingga matahari tidak tembus ke
bawah, dan jika musim banjir pun akan terkena banjir, unik bukan?..jelas
lah hutan ini sangat unik.
Kita bisa menemui hutan ini diperbatasan
amuntai dan barabai, sayangnya hutan ini sebentar lagi akan dihapus dari
peredaran selamanya karena akan di jadikan perkebunan kelapa sawit.
Bagaimana dengan masyarakat amuntai, mungkin
tidak banyak orang yang tahu bahwa di wilayah amuntai ini ,
dihutan-hutan mereka ada binatang-binatang langka yang unik.
Jika kita memasuki wilayah hutan pinang kara atau pinang habang, di kecamatan Alabio, maka kita akan menemukan hutan tersebut.
Dihutan-hutan tersebut kita bisa menemukan
menjangan-menjangan besar sebesar sapi yang liar hidup di hutan-hutan
rawa, ada juga bekantan yang berhidung mancung, jika beruntung kita juga
akan menemukan burung baruh yang tingginya hampir satu meter, kita juga
bisa menemukan buaya kuning di danau caramin ditengah-tengah hutan
tersebut dan juga ular-ular besar dan panjang. Babi hutan adalah momok
tersendiri diwilayah ini yang populasinya sangat banyak.
Jika wilayah ini di konservasi, maka tentu
saja kita akan mendapatkan tempat wisata yang unik, bagi masyarakat
amuntai dan barabai sendiri mereka tidak perlu harus ke pulau jawa untuk
berwisata melihat binatang-binatang unik di kebun-kebun binatang, bagi
pemerintah daerah sendiri sebenarnya bisa menjadi objek pariwisata yang
prestesius karena berbentuk konsevasi unik di wilayah hutan rawa.
Wilayah ini telah terkena wilayah perkebunan sawit, para bos sawit tersebut mempunyai
uang yang banyak sehingga mereka akan mudah membawa anak-anak mereka
melihat rusa atau binatang langka di pulau jawa atau luar negeri, tapi
bagaimana dengan anak-anak masyarakat amuntai dan barabai?..pernahkan
mereka melihat menjangan?..pernahkan para orang tua mereka membawa
mengajak mereka wisata melihat binatang langka?…tentu saja tidak pernah.
Jika wilayah hutan rawa ini tidak diselematkan, maka amuntai akan sangat rugi seumur hidup mereka.
Selain itu di wilayah hutan rawa di haur
gading juga pernah dilaporkan adanya urang hutan dam kijang besar, jika
benar urang hutan tersebut ada, maka amuntai adalah satu-satunya wilayah
di kalimantan selatan yang mempunyai urang utan, selama ini kalimantan
selatan memang dianggap tidak pernah mempunyai wilayah alami urang
hutan. ( Tulisan dari Alfigenk Ansyarullah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar